Ibadah Hari Raya dan Peranan Raja

Yehezkiel 45:18-46:24
Minggu ke-20 sesudah Pentakosta
Setelah menetapkan peraturan untuk persembahan kurban harian (13-17), Yehezkiel menyampaikan peraturan tentang hari raya tahunan. Dari enam hari raya tahunan yang ditetapkan Taurat Musa (bdk. Im. 23; Bil. 28; Ul. 16), Yehezkiel hanya menyebutkan dua, yakni Paskah dan Pondok Daun (21,25). Menarik dicatat, sejarah umat Israel yang pulang dari pembuangan dalam kitab Ezra-Nehemia khusus mencatat perayaan Paskah dan Pondok Daun saja (Ezr. 3:1-6, 6:19-22; Neh. 8:13-18).
Peraturan Yehezkiel mengenai upacara-upacara kurban jauh lebih singkat dibandingkan peraturan Taurat. Dalam hal ini, jelas terlihat penekanannya pada kurban penghapus dosa (17,19,22,23,25). Mengapa Yehezkiel menekankan kurban ini? Dalam seluruh penglihatan Yehezkiel, tema kekudusan sangat menonjol. Seluruh rancangan Bait Suci, para pelayan, lokasi, dan pelbagai upacara sangat menekankan kekudusan Allah. Artinya, Allah yang kudus kembali berdiam di tengah-tengah umat-Nya (Yeh. 43:6,7).
Dalam ibadah Bait Suci yang baru, raja mendapatkan peranan tertentu di samping para imam dan orang Lewi. Ia mendapatkan posisi kehormatan (44:3, 46:3). Ia bertugas mengumpulkan persembahan umat dan mengatur penggunaannya dalam upacara-upacara, di samping mempersembahkan miliknya sendiri (45:16,17,22-25, 46:4-7,13-14). Namun, di mata Allah status raja tidak lebih tinggi dari umat. Derajat raja disamakan dengan dengan umat dan bukan dengan para imam. Ia mewakili dirinya dan seluruh umat dalam mempersembahkan kurban penghapus dosa (45:22). Pada Sabat, ia wajib melakukan sujud sembah kepada Allah di ambang pintu gerbang Timur dengan diikuti oleh umat (2,3). Ia keluar masuk Bait Suci bersama umat (8-10). Peraturan ini menegaskan solidaritas raja dengan seluruh umat sebagai manusia berdosa.
Para pemimpin Kristen diingatkan akan tanggung jawabnya sebagai makhluk rohani dan sosial yang harus menjunjung tinggi kekudusan Allah.??
SH
Scripture Union Indonesia © 2017.