Tak Lepas dari Pengaruh Sekitar

1 Raja-Raja 21:1-16

Lampu sorot yang terang-benderang hari ini diarahkan/mengarah pada kepribadian Ahab. Ahab, masih seperti yang kita baca kemarin, merajuk karena keinginannya mendapatkan kebun anggur Nabot yang letaknya sangat strategis di sebelah istana, tidak terkabul.


Nabot rupanya seorang yang berprinsip kuat. Baginya, tanah milik pusaka, sebagaimana diatur oleh firman Tuhan, tidak boleh berpindah tangan, tetapi harus berada dalam keluarga yang sama turun-temurun. Tanah adalah milik Tuhan dan tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas (Im. 25:23). Kita melihat bahwa pendirian Nabot menunjukkan iman dan ketaatannya kepada Tuhan dan pemahamannya bahwa Tuhan berdaulat atas seluruh dunia.


Namun, lagi-lagi peristiwa ini membuat Ahab kesal. Dapat kita bayangkan, ia bersikap seperti anak kecil yang tak bisa mendapatkan mainan yang dia inginkan. Ia tahu bahwa Nabot benar. Ia tidak punya alasan untuk memaksakan kehendaknya, sebab di hadapan pengadilan Israel, ini tidak akan diperlakukan sebagai kasus subversif seorang rakyat jelata melawan rajanya, melainkan kasus seorang raja melawan Allah Israel. Tak ada peluang Ahab menang.


Di sinilah keputusan besar yang pernah dibuat Ahab menjadi penentu maha-penting dalam hidupnya: pernikahannya dengan Izebel. 1 Raja-raja 16:30-31 mencatat bahwa Ahab adalah raja Israel paling jahat, tetapi semua kejahatannya tak seberapa dibandingkan keputusannya menikahi Izebel yang membawanya ke dalam kejahatan yang lebih dahsyat. Di saat Ahab mengalami kebuntuan dan hanya bisa merajuk, Izebel memberikan jalan keluar yang kreatif. Sayangnya, kreativitas ini membawa Ahab ke dalam kekelaman hidup tak terkira.


Dari perjalanan hidup Ahab, kita bisa melihat bahwa orang-orang yang kita tempatkan di sekitar kita bisa mempunyai peranan yang besar terhadap jalan hidup dan keputusan-keputusan yang kita ambil. Rasul Paulus sendiri pernah menuliskan hal yang sama (1Kor. 15:13). Perjalanan hidup kita tak lepas dari orang-orang yang memiliki kunci ke hati dan pikiran kita. Bijaksanalah kepada siapa kunci itu kita berikan.

Scripture Union Indonesia © 2017.