Di Titik Nadir

1 Raja-Raja 20:1-22

Kita sudah mengikuti kisah Raja Ahab dengan segala pemberontakannya terhadap Tuhan. Namun dalam bacaan hari ini kita mendapati Tuhan menyodorkan pertolongan yang luar biasa.


Sesungguhnya inilah prototipe kisah penyelamatan manusia. Tuhan menyelamatkan bukan karena semata-mata kita butuh bantuan-Nya, bukan karena kita layak mendapatkan bantuan-Nya, juga bukan karena Dia wajib membantu kita. Israel sedang tak berdaya dan putus asa. Mereka telah dipermalukan. Dengan kondisi yang lebih lemah daripada lawan mereka, mereka menunjukkan upaya terakhir untuk membela diri dan memberikan perlawanan. Satu momen emosional yang penting di sini adalah Israel awalnya tidak melawan, mereka sudah berniat menuruti keinginan Benhadad. Tetapi tekanan aib yang begitu besar dari Benhadad akhirnya membuat mereka kehabisan akal dan memutuskan untuk memberi perlawanan, kendati mereka tidak mampu.


Di titik nadir itu, Tuhan mengutus seorang nabi untuk memberikan titik terang di tengah kelamnya pengharapan mereka. Tuhan ternyata berbelas kasihan kepada mereka. Tuhan memberikan instruksi yang spesifik, termasuk perintah bahwa Raja Ahab-lah yang harus memulai penyerangan ketika Benhadad bersama 32 raja sekutunya tengah bermabuk-mabukan. Tuhan memberi kekuatan dan kemenangan yang luar biasa sehingga ke-33 raja itu beserta tentara-tentara mereka yang terlatih dapat dikalahkan dan perlengkapan mereka pun dimusnahkan oleh Israel.


Jika Tuhan menunggu kontribusi kita, tak ada harapan bagi kita. Kita bersyukur bahwa Tuhan campur tangan menebus kita justru saat kita berada dalam titik terendah kehidupan kita. Di akhir perikop ini, kita melihat bahwa Tuhan tidak begitu saja memanjakan Raja Ahab. Sang nabi yang tak disebutkan namanya ini memberi instruksi agar Ahab bersiap menghadapi pertempuran berikutnya. Tuhan memberikan keselamatan; selanjutnya Ahab bertanggung jawab melakukan bagiannya sebagai pemimpin demi kebaikan rakyatnya.

Scripture Union Indonesia © 2017.