Prinsip Pengutusan

Lukas 10:1-16

Dalam perjalanan ke Yerusalem, Tuhan mempersiapkan para murid-Nya untuk kelak meneruskan proklamasi Injil-Nya. Kali ini Ia bukan hanya mempersiapkan keduabelas rasul-Nya, tetapi juga para pengikut-Nya yang lain. Prinsip pengutusan-Nya sama (bdk. Mat. 10:10-15)


Pertama, para murid harus memiliki kepedulian yang sama dengan sang Guru akan banyaknya tuaian dan sedikitnya jumlah pekerja (2). Sehingga mereka pun merespons pengutusan itu dengan kesungguhan hati.


Kedua, mereka haus bergantung penuh kepada Tuhan yang mengutus karena medan yang dihadapi mereka ibarat gerombolan serigala, sementara mereka hanyalah anak domba (3). Bergantung penuh pada Tuhan diwujudkan dengan tidak memperlengkapi diri dengan hal-hal kebutuhan pribadi, ataupun mencari dukungan dari pihak lain (4) melainkan perbekalan dari Tuhan sendiri (bdk. Mat. 10:1).


Ketiga, perintah memberikan salam ketika memasuki sebuah rumah merupakan suatu keharusan bagi setiap utusan (5-7). Pemberian salam, "damai sejahtera bagi rumah ini" merupakan langkah awal untuk menawarkan damai sejahtera yang ada pada Yesus Kristus, juga jalan untuk memberitakan Injil perdamaian. Akan tetapi Tuhan memberikan peringatan bahwa tidak semua salam mereka akan ditanggapi secara positif, ada keluarga-keluarga yang membuka pintu rumahnya bagi mereka, tetapi ada pula yang akan menolak mereka. Sehingga mereka pun harus merespons sepadan. Berkat bagi orang yang menerima pemberitaan mereka (8-9). Sebaliknya kutuk yang ditandai dengan pengebasan debu kaki, yang sekaligus merupakan bukti bahwa para utusan pernah singgah ke kota tersebut bagi yang menolak (10-12). Ayat 13-15 menunjukkan seperti inilah akibat yang diterima oleh kota-kota yang menolak anugerah Allah.


Prinsip yang sama juga berlaku bagi kita murid-murid masa kini. Tunaikan tugas pemberitaan kabar baik dengan setia. Bergantung pada Tuhan dan lihatlah bagaimana Roh Kudus bekerja melalui kita memenangkan jiwa-jiwa bagi Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.