Mewujud dalam perilaku sosial

Yeremia 6:1-21

Kita memahami ibadah sebagai tindakan untuk menyatakan bakti kepada Allah. Namun bila Allah ternyata tidak berkenan atas ibadah kita, maka ada tanda tanya besar di situ.


Allah tidak berkenan atas ibadah dan segala persembahan yang diberikan umat, meskipun umat memberikan yang terbaik bagi persembahan itu (20). Sikap Tuhan tentu bukan tanpa alasan. Ternyata ibadah umat tidak mewujud dalam sikap hidup mereka. Kejahatan umat begitu banyak dan seolah tanpa henti, bagai air meluap dari sumbernya (7, bdk. Ams. 4:16). Umat memperlakukan sesama dengan kekerasan dan aniaya.


Beribadah, tetapi melakukan kejahatan atau kekerasan sosial, itu munafik namanya dan jelas mengundang murka Tuhan! Maka sebagai hukuman, Allah akan mempermalukan umat (21). Allah akan mendatangkan musuh dari Utara, yang akan menyerbu dan menimpakan kehancuran besar atas umat (1, bdk. Yer. 4:17; 12:10). Bahkan Allah menyatakan bahwa musuh akan memindahkan umat dari tanah mereka, seperti seorang pemetik anggur memindahkan buah anggur dari pokoknya ketika panen tiba (9, bdk. Yer. 5:10; Yes. 5:1-6). Tak akan ada yang disisakan. Demikian pula, tak akan ada umat yang tersisa di tanah mereka, semua akan diangkut ke tanah pembuangan.


Bencana yang akan datang itu begitu mengerikan sehingga umat diperingatkan untuk melarikan diri (1, bdk. Yer. 4:5-6). Ternyata, tidak ada yang mau mendengarkan peringatan Tuhan yang disampaikan oleh Yeremia ini (10). Mereka menutup telinga mereka pada nubuat Yeremia. Dosa menghalangi mereka untuk mendengar peringatan Yeremia. Firman Tuhan seperti menyerang mereka sehingga mereka tidak lagi menyambut baik firman yang mereka dengar. Karena itu hukuman Tuhan makin dekat.


Peringatan Tuhan kepada umat-Nya dahulu juga menjadi peringatan bagi kita, umat masa kini. Ritual ibadah yang kita lakukan akan dianggap tidak berarti bila perilaku sosial kita bertentangan dengan kebenaran Tuhan. Jangan kira bahwa Tuhan akan menyukai persembahan kita dan tutup mata terhadap perlakuan kita pada sesama.

Scripture Union Indonesia © 2017.