Layani Tuhan atau orang miskin?

Yohanes 12:1-11

Di masa kini, idiom "cari makan" biasanya tidak lagi bermakna harfiah, yaitu mencari-cari makanan, entah dengan berburu, memetik, atau mencabut. Jika seseorang sedang "cari makan, " biasanya berarti ia sedang melaksanakan pekerjaan yang bisa ia lakukan dan dapat menghasilkan uang. Bahkan seringkali mereka yang berprofesi sebagai petani atau pemburu tidak langsung memakan hasil tani atau buruan mereka. Hasilnya biasanya dijual, baru uang hasil penjualannya untuk membeli makanan, misalnya. Karena itu, tidak masuk akal jika kita meminta seseorang memilih, pekerjaan atau "cari makan", karena keduanya biasanya bermakna (hampir) sama.


Hal yang sama mestinya juga berlaku bagi dua pilihan yang jadi judul renungan ini. Kata-kata Yudas (5) mengesankan tindakan Maria meminyaki kaki Yesus (3) merupakan pemborosan yang tidak perlu. Sepintas lalu, tidak ada hasil konkret yang bisa diperoleh dari tindakan Maria itu. Sementara jika minyak narwastu itu dijual, pasti banyak orang miskin yang bisa dibantu dengan uang hasil penjualannya. Narasi Injil Yohanes memberikan dua alasan mengapa usul Yudas ini pantas ditolak. Yang pertama, Yudas ternyata korup dan tidak benar-benar peduli dengan nasib orang miskin (6). Yang kedua, yang lebih penting, tindakan Maria ini sebenarnya persiapan bagi hari kematian Yesus (7-8). Ungkapan syukur Maria yang penuh perendahan diri ini menjadi teladan bagi kita, murid-murid-Nya, dalam hal kesigapan memuliakan Tuhan.


Ada bahaya jika kita dengan mudah menafsirkan "pemuliaan" Tuhan sebagai upaya pembangunan gedung megah, pengupayaan perabot gereja mewah, dll. Ini tindakan "sambil menyelam minum air": upaya "memuliakan" Tuhan, entah tulus atau tidak, sambil mengagungkan kelompok/diri sendiri. Ini justru kebalikan dari tindakan Maria. Di dalam konteks sekarang, seringkali justru tindakan melayani orang miskinlah yang paling dekat dengan tindakan Maria di atas: kita memuliakan Tuhan atas hidup itu, sambil dengan tulus hati merendahkan diri di hadapan-Nya. Beranikah kita melakukannya?

Scripture Union Indonesia © 2017.