Waspada memilih pemimpin

Hakim-hakim 9:7-21

Mengetahui bahwa seorang sadis berdarah dingin membunuh saudara-saudaranya yang berjumlah enam puluh sembilan, tentu merupakan suatu hal yang mengerikan bagi Yotam. Meski ia bersembunyi, jantungnya tentu berdegup kencang membayangkan gilirannya tiba. Namun ia lolos!


Sebelum melarikan diri, Yotam melancarkan protes terhadap sikap orang Sikhem, sekaligus merupakan prediksi mengenai efek dari pemerintahan Abimelekh. Dengan menggunakan perumpamaan tentang pohon zaitun, ara, dan anggur, Yotam menegur orang Sikhem yang telah memilih Abimelekh menjadi raja (7-21). Di dalam perumpamaan itu, pohon-pohon yang berharga justru tidak ingin menjadi raja. Semak duri yang tidak bernilai malah ingin menjadi raja. Namun si semak duri sudah memperingatkan terlebih dahulu bahwa ia akan menjadi tiran dan menghancurkan semua yang melawan dia. Perhatikanlah karakter si semak duri, sangat arogan dalam memperlakukan orang-orang yang berbeda pendapat dengan dia.


Maka melalui perumpamaan itu, Yotam ingin mengatakan bahwa keputusan mereka sungguh tidak bijak karena pilihan mereka itu justru akan berbalik mencelakai mereka. Abimelekh bukan akan menjadi pelindung rakyat. Ia justru akan menghancurkan mereka.


Peringatan dari Yotam patut kita camkan baik-baik. Memilih seorang pemimpin tidak boleh sembarangan. Pilihan kita hendaknya didasari bukan atas fanatisme kedaerahan atau karena ia dapat berdampak menguntungkan diri kita di kemudian hari, atau hal-hal subjektif semacam itu. Janganlah kita kompromi terhadap segala bentuk kebejatan moral dan kejahatannya hanya karena faktor-faktor subjektif tadi.


Lihatlah karakter orang yang kita akan pilih jadi pemimpin. Misalnya, bagaimana ia memperlakukan orang-orang yang berbeda pendapat dengan dia atau apakah dia menjadi pelindung bagi orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Orang yang arogan, tidak arif, dan tidak mengasihi sesama tidak layak menjadi pemimpin.

Scripture Union Indonesia © 2017.