Hasil panen atau hukuman

Amos 8:1-3

Banyak orang merasa nyaman dengan kebiasaan ibadah yang sudah ada sehingga tidak mampu lagi menghayati maknanya. Ibadah seakan menjadi 'pil' untuk pembenaran diri bahwa dirinya akan selamat. Kalau pandangan itu juga menjadi ukuran kita, tentu kita perlu mengoreksinya melalui nubuatan Amos.


Meski ditolak di Samaria lalu diusir, Amos harus tetap tegar. Firman Tuhan harus ia sampaikan kepada Israel. Apa isi penglihatan Amos saat itu? Ia melihat bakul berisi buah-buah musim kemarau (Ibr. qayits), yaitu hasil panen dalam musim kemarau. Apakah Tuhan melihat hasil panen itu? Dalam ayat 2 b, Tuhan berfirman, "Kesudahan (Ibr. qeyts) telah datang bagi umat-Ku Israel ". Artinya, masa penghakiman Tuhan bagi Israel telah datang. Tuhan menghendaki panen musim kemarau yaitu perbuatan baik dan hidup takut akan Tuhan dari Israel, tetapi bukan itu yang Tuhan dapatkan. Maka selanjutnya Tuhan mengatakan, "Aku tidak akan memaafkannya lagi." Israel sudah tidak mendapat kesempatan untuk memperbaiki kehidupan rohaninya lagi. Sudah terlalu sering Tuhan memberi kesempatan (ingat dua penglihatan terdahulu; 7:1-3, 4-5), tetapi Israel tidak memanfaatkannya untuk bertobat. Maka, Israel pasti menerima hukuman.


Israel berlindung pada tradisi keagamaan yang dianggap sebagai kebenaran rohani (4:4-5). Namun kebiasaan itu mencelakakan diri mereka sendiri. Di tempat mereka biasa beribadah, mereka akan menyaksikan nyanyian-nyanyian berubah jadi ratapan. Mereka juga akan melihat kematian yang sia-sia karena tubuh-tubuh yang mati tak mendapat hormat. Bangkai-bangkai mereka akan dilemparkan diam-diam. Tragis!


Ini memperingatkan kita yang mengandalkan peribadatan sebagai pusat keselamatan. Terbiasa dengan ibadah tanpa penghayatan mendalam dapat menyeret kita menghargai ibadah, tetapi melupakan pusat ibadah yaitu Kristus. Setiap kita sepatutnya beribadah untuk berjumpa Kristus. Dalam perjumpaan itu komitmen kita untuk hidup semakin berkenan bagi Tuhan menjadi fokus dan nyata dalam hidup sehari-hari.

Meski ditolak di Samaria lalu diusir, Amos harus tetap tegar. Firman Tuhan harus ia sampaikan kepada Israel. Apa isi penglihatan Amos saat itu? Ia melihat bakul berisi buah-buah musim kemarau (Ibr. qayits), yaitu hasil panen dalam musim kemarau. Apakah Tuhan melihat hasil panen itu? Dalam ayat 2 b, Tuhan berfirman, \"Kesudahan (Ibr. qeyts) telah datang bagi umat-Ku Israel \". Artinya, masa penghakiman Tuhan bagi Israel telah datang. Tuhan menghendaki panen musim kemarau yaitu perbuatan baik dan hidup takut akan Tuhan dari Israel, tetapi bukan itu yang Tuhan dapatkan. Maka selanjutnya Tuhan mengatakan, \"Aku tidak akan memaafkannya lagi.\" Israel sudah tidak mendapat kesempatan untuk memperbaiki kehidupan rohaninya lagi. Sudah terlalu sering Tuhan memberi kesempatan (ingat dua penglihatan terdahulu; 7:1-3, 4-5), tetapi Israel tidak memanfaatkannya untuk bertobat. Maka, Israel pasti menerima hukuman.

Israel berlindung pada tradisi keagamaan yang dianggap sebagai kebenaran rohani (4:4-5). Namun kebiasaan itu mencelakakan diri mereka sendiri. Di tempat mereka biasa beribadah, mereka akan menyaksikan nyanyian-nyanyian berubah jadi ratapan. Mereka juga akan melihat kematian yang sia-sia karena tubuh-tubuh yang mati tak mendapat hormat. Bangkai-bangkai mereka akan dilemparkan diam-diam. Tragis!

Ini memperingatkan kita yang mengandalkan peribadatan sebagai pusat keselamatan. Terbiasa dengan ibadah tanpa penghayatan mendalam dapat menyeret kita menghargai ibadah, tetapi melupakan pusat ibadah yaitu Kristus. Setiap kita sepatutnya beribadah untuk berjumpa Kristus. Dalam perjumpaan itu komitmen kita untuk hidup semakin berkenan bagi Tuhan menjadi fokus dan nyata dalam hidup sehari-hari.

", "http://www.su-indonesia.org/images/santapanHarian/5595-t.jpg", 520, 350)'>
Scripture Union Indonesia © 2017.