Memuji dengan pemahaman

Mazmur 148

Bila kita mendengar kata puji-pujian maka biasanya yang terbayang adalah lantunan lagu pujian yang dikumandangkan jemaat dalam sebuah ibadah di hari Minggu. Namun mazmur ini memperlihatkan sebuah aspek yang berbeda tentang pujian.


Dalam pandangan pemazmur, seluruh penghuni alam semesta harus bergabung dalam sebuah orkestra indah untuk menaikkan puji-pujian kepada Tuhan. Siapa saja yang termasuk di dalamnya? Laut dan segala isinya, serta berbagai fenomena alam yang mempengaruhinya (1-6). Tak ketinggalan, segala sesuatu yang berdiam di bumi dan di bawah bumi pun harus ikut memuji Tuhan (7-12). Termasuk ular naga dan seisi samudra raya pun didorong untuk memuji Tuhan (7). Ajakan agar seisi langit dan laut memuji Tuhan menegaskan supremasi Tuhan atas semua itu. Ini adalah kebenaran yang tidak bisa disanggah karena memang Tuhan adalah Pencipta semua itu. Ini merupakan perlawanan terhadap kepercayaan para penyembah berhala, yang menyembah benda-benda langit dan penghuni lautan. Menegaskan hal itu, pemazmur mengajak semua kalangan memuji Tuhan (11-13), karena Dia agung dan mulia (13-14).


Kesadaran dan pemahaman tentang Tuhan dan kuasa-Nya seharusnya melatarbelakangi puji-pujian yang kita nyanyikan di dalam ibadah. Namun sudahkah kita memuji Tuhan dengan pemahaman demikian? Apakah saat kita menyanyi di gereja, pikiran kita masih disesaki berbagai urusan yang masih belum terselesaikan sehingga kita menyanyi tanpa kesungguhan? Mazmur hari ini mengingatkan kita bahwa ibadah seharusnya merupakan puncak dari apa yang terjadi hari demi hari dalam hidup kita. Keagungan dan semarak Allah yang begitu dahsyat, yang membangkitkan luapan pujian, seharusnya melandasi ibadah kita. Artinya di dalam hidup kita, kemana pun kita melangkahkan kaki dan menolehkan pandangan, seharusnya di situ kita menjumpai begitu banyak alasan untuk bersyukur dan memuji Tuhan.

Scripture Union Indonesia © 2017.