Penghukuman Tuhan

Matius 21:18-22

Tidak ada satu hal pun yang Yesus lakukan yang demi untuk memuaskan
diri-Nya sendiri. Setiap hal yang Yesus lakukan adalah melakukan
kehendak Bapa-Nya di Sorga. Demikian juga dalam peristiwa Yesus
mengutuk pohon ara. Yesus seakan-akan melakukan suatu dosa yakni
marah yang berlebihan sampai mengutuk sebuah pohon. Padahal
sebenarnya bukan demikian.


Tindakan Yesus mengutuk pohon ara merupakan tindakan simbolis,
serupa dengan perumpamaan Yesus mengenai pohon ara yang tidak
berbuah di Luk. 13:6-7. Bangsa Israel, yang diwakili oleh orang
banyak dan para pemuka agama bagaikan pohon ara yang tidak
berbuah. Kehidupan mereka penuh kemunafikan. Hal itu bukan hanya
terlihat saat beberapa kali konfrontasi Yesus dengan para pemuka
agama, tetapi terlihat mencolok dari cara mereka memperlakukan
Bait Allah. Mereka menajiskan dan menyalahgunakan Bait Allah dan
tidak merasa hal itu sebagai sesuatu yang salah dan dibenci
Tuhan. Itu hanyalah salah satu tanda kegagalan mereka. Penolakan
mereka untuk bertobat setelah mendapat nasihat dan teguran keras
Yesus membuktikan bahwa mereka layak dihukum!


Sayang para murid hanya terpukau pada mukjizat, tidak mampu melihat
pengajaran penting di balik tindakan Yesus. Maka sekali lagi
Yesus mengajarkan para murid pentingnya iman, bukan semata-mata
untuk melakukan mukjizat, tetapi untuk melakukan kehendak Allah.
Membuat pohon ara yang hidup menjadi mati dalam sekejap
memerlukan kuasa Allah. Apalagi hidup menegakkan kebenaran dan
hidup di dalamnya membutuhkan iman yang berani menyerahkan diri
kepada Tuhan untuk diproses dan dibentuk Tuhan.


Apa bukti bahwa hidup kita seperti pohon ara yang berbuah? Adakah
kemunafikan yang harus dibuang? Adakah teguran dan nasihat dari
firman yang perlu diterima dan ditaati? Memang perlu keberanian
iman untuk menyaksikan dan mempraktikkan kebenaran.

Scripture Union Indonesia © 2017.