Penghujatan

Matius 12:22-37

Konfrontasi orang Farisi dengan Yesus masih berlanjut. Kali ini
peristiwa pengusiran setan dipakai oleh orang Farisi sebagai
senjata.


Orang yang dikuasai setan itu bisu dan buta. Yesus menyembuhkan dia
sehingga ia dapat melihat dan berbicara kembali. Takjubnya orang
banyak terhadap Yesus dipatahkan orang Farisi dengan mengatakan
bahwa Yesus memakai kuasa Beelzebul, pemimpin setan, untuk
mengusir setan (ayat 24). Mereka berasumsi, jika setan tunduk
pada perintah Yesus untuk pergi dari orang yang dirasuknya,
bukankah itu berarti Yesus memiliki kuasa pemimpin setan, yaitu
Beelzebul. Tuduhan ini jelas berbahaya karena bagi orang Yahudi,
mempraktekkan kuasa setan diancam hukuman rajam (dilempari
batu). Namun logiskah pernyataan mereka? Jika setan ingin
berkua-sa di dunia ini, mungkinkah ia mengusir sekutunya dari
orang yang sedang dia kuasai? Ini tidak masuk akal. Argumen
Yesus jelas: kerajaan atau kota yang terpecah belah pasti akan
jatuh. Ini juga berlaku untuk kerajaan setan. Jika Yesus
meng-usir setan, bukankah berarti Ia tidak bersekutu dengan
setan? Sebaliknya jika bukan karena setan, tentu mudah dipahami
bahwa yang dapat melakukannya hanyalah kuasa yang lebih besar
daripada kuasa setan. Lalu kuasa siapakah yang lebih besar dari
kuasa setan? Jelas kuasa Allah!


Respons orang Farisi terhadap mukjizat yang Yesus lakukan
sesungguhnya berbicara tentang hati yang tidak percaya bahwa
Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Ketidakpercayaan itu
diekspresikan melalui perkataan mereka (ayat 30-32). Ini adalah
penghujatan! Jika orang menolak Yesus, bisa saja karena orang
itu tidak kenal Yesus dengan baik. Namun jika Roh Kudus telah
memberi pencerahan, tetapi orang itu masih juga menolak Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia tidak akan diampuni (ayat
37). Sebab itu mari kita mendoakan orang-orang yang kita layani
untuk menerima Injil. Doakan agar Roh Kudus melembutkan setiap
hati yang keras agar terbuka pada kebenaran bahwa Kristus adalah
Anak Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.