Sikap tak puas adalah dosa

Mazmur 78:17-33

Di manakah penyertaan Tuhan yang paling Anda rasakan dalam hidup ini?
Apakah waktu segala sesuatu berjalan lancar, semua tersedia dan
bahkan melimpah? Kalau memperhatikan catatan sejarah Israel, kita
menemukan penyertaan Tuhan yang paling kelihatan adalah di dalam
perjalanan di padang gurun. Tiang awan dan tiang api yang
bergantian menuntun mereka siang dan malam (ayat 14-16). Air yang
tercurah dari batu karang untuk melepaskan dahaga mereka di
padang yang kering dan panas (ayat 15-16). Lebih ajaib lagi,
butiran manna yang setiap hari turun untuk dijadikan roti (ayat
23-25). Bahkan, sore hari Allah mengirimkan daging berupa burung
puyuh untuk kenikmatan mereka (ayat 26-28).


Allah memperhatikan mereka bukan hanya dalam perkara rohani, lewat
Taurat dan segala perintahnya, tapi juga dalam perkara jasmani
dengan berlimpah-limpah. Namun, apa balasan umat-Nya? Gerutuan
karena ketidakpuasan dan ketidakpercayaan! Mereka tidak puas
dengan kelimpahan yang mereka terima (ayat 18). Mereka merindukan
dapat menikmati makanan seperti dulu di Mesir, padahal di situ
mereka diperbudak. Mereka tidak percaya bahwa Allah
sungguh-sungguh peduli atas mereka atau sanggup mencukupi mereka
(ayat 19-20). Bahkan setelah semua tersaji begitu ajaib, mereka
masih juga merasa tidak puas (ayat 29-30). Tidak heran kalau
Allah pun murka dan menghukum mereka (ayat 31).


Adakah kemiripan pengalaman Anda dengan yang dialami umat Israel?
Jangan-jangan malah Anda tidak pernah mengalami padang gurun.
Yang ada selalu padang rumput hijau yang mengenyangkan serta
aliran sungai yang hening dan bening untuk menyegarkan dahaga.
Namun apakah Anda merasakan Tuhan hadir dan itu membuat Anda
bersyukur dan puas hati? Atau masihkah Anda menggerutu karena
merasa belum puas dan karena Anda menganggap memang sudah
seharusnya Anda menerima semua yang baik ini? Hati-hati! Sikap
tidak puas adalah sikap tidak tahu berterima kasih pada Tuhan!

Scripture Union Indonesia © 2017.