Diam, bukan kalah!

Markus 15:1-15

Mengapa Yesus memilih berdiam diri di hadapan Pilatus, padahal Ia
memiliki kuasa dan otoritas untuk menjawab pertanyaan Pilatus?
Hanya satu kali Yesus menjawab pertanyaan Pilatus mengenai
apakah Ia raja orang Yahudi. Selebihnya Ia bungkam.


Pertanyaan Pilatus didasarkan atas keingintahuannya akan Yesus
karena orang-orang Yahudi menuduh Yesus telah mengklaim diri
sebagai raja dalam artian politik. Yesus menjawab ya atas
pertanyaan Pilatus, tetapi dalam artian rohani. Namun Pilatus
tidak memahaminya. Maka kemudian Yesus membungkam dan membuat
Pilatus heran (ayat 5). Kata heran ini adalah kata yang sama
yang digunakan pada orang banyak yang menyaksikan Yesus saat
membuat tanda-tanda (ayat 5:20; 6:6; lih. juga Mrk. 15:44). Kata
heran ini secara teknis menunjuk pada kekaguman dan pengakuan
akan keilahian dan kemesiasan Yesus.


Sikap Yesus yang diam menyingkapkan tiga hal. Pertama, menyatakan
kemesiasan-Nya yang sebenarnya, sesuai nubuat kitab suci (band.
Yes. 53:7) dan bukan dalam artian politik. Maka Ia menolak
menggunakan kuasa-Nya itu untuk menghadapi lawan-lawan-Nya.
Kedua, Yesus menerima keputusan untuk tetap dihukum. Tindakan
ini menggantikan Barabas yang bersalah, sekaligus sebagai simbol
kemesiasan-Nya yang akan mati menggantikan orang berdosa.
Ketiga, Yesus tetap membiarkan diri-Nya disesah dan diserahkan
untuk disalibkan sebagai bagian dari kemesiasan-Nya yang harus
menjalani penderitaan dan hukuman mati.


Sebagai pengikut Yesus, bagaimana sikap kita dalam mempertahankan
kebenaran itu, walaupun harus menemui berbagai tantangan bahkan
menjalani penderitaan? Tetap setiakah menjalankan tugas yang
Allah percayakan? Ataukah malah berkompromi dengan dunia
sehingga tidak setia lagi pada kebenaran Allah? Belajarlah dari
Yesus yang dalam kesetiaan menjalankan tugas-Nya tanpa kompromi
sedikit pun dengan tawaran dunia.

Scripture Union Indonesia © 2017.