Makna Sabat

Markus 2:23-3:6

Istilah workaholic dikenakan kepada pecandu kerja. Meski melakukan
aktivitas pada hari Sabat, Yesus bukanlah seorang workaholic.


Sabat memang berarti hari perhentian. Orang tidak boleh melakukan
aktivitas apapun pada hari itu. Namun orang Farisi membuat Sabat
menjadi belenggu yang membatasi ruang gerak umat Allah. Sebab itu
Yesus menunjukkan bahwa Sabat merupakan karunia Allah bagi
manusia, yang dirancang sebagai hari istirahat dan hari ibadah.
Bila Yesus dan para murid beraktivitas pada hari Sabat, Ia tidak
bermaksud melanggar hari Sabat. Ia juga bukan sedang mengajar
para murid melawan hukum Sabat. Yesus menjadikan karya-Nya
sebagai bukti bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.
Dalam peristiwa makan di ladang gandum dan penyembuhan orang yang
tangannya sakit sebelah, Yesus mengembalikan arti Sabat yang
sesungguhnya. Sabat dilihat dari perspektif Allah yaitu
mendatangkan berkat, bukan menjadi belenggu. Sabat menjadikan
manusia makin menyadari hakikat diri dan memahami bahwa Allah
adalah Si empunya hari Sabat.


Manusia membutuhkan hari Sabat sebagai hari ketika Allah
menganugerahkan berkat-Nya. Berkat pemulihan bagi mereka yang
sakit, makanan bagi yang lapar, dan pembebasan bagi yang
tertindas. Memaknai Sabat sebagai hari perhentian berarti
menyediakan ruang bagi Allah untuk menyatakan karya-Nya dalam
hidup kita. Juga ruang bagi kita untuk menumbuhkan kepekaan
terhadap sesama yang membutuhkan atau yang menderita. Maka kita
bisa simpulkan bahwa Sabat ada untuk kesejahteraan manusia.


Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Maksud Sabat yaitu agar manusia
beroleh hubungan intim dengan Allah telah dipulihkan Yesus
melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Maka Sabat bukan lagi hanya
satu hari dalam setiap minggu. Namun tiap hari adalah kesempatan
bagi kita untuk berelasi intim dengan Allah. Mari kita syukuri
karya Kristus ini di sepanjang hidup kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.