"Happy ending"

1Tawarikh 29:21-30

"Happy ending" adalah istilah yang digunakan bagi cerita yang
diakhiri dengan kebahagiaan tokoh-tokohnya. Kisah dalam buku
dongeng anak-anak, biasanya ditutup dengan kalimat "Dan mereka
hidup bahagia selamanya".


Hidup Daud pun memiliki happy ending. Ia wafat dalam ukuran
kesuksesan orang timur: wafat saat usia tua, kaya dan penuh
kemuliaan, anaknya pun telah meraih kesuksesan (ayat 28). Ya,
Salomo telah dilantik menjadi raja menggantikan dia (ayat 22-25).
Daud, raja sekaligus prajurit sejati, telah digantikan oleh
Salomo, raja yang akan terkenal karena hikmatnya. Bukan tidak
mungkin bahwa semua itu berkaitan dengan karya, hikmat,
kesalehan, dan doa ayahnya (1Taw. 29:19). Memang ada raja lain di
Israel yang lebih makmur dan lebih lama memerintah daripada Daud,
tetapi tidak ada raja yang lebih saleh dari dia. Kita tahu
bagaimana dia dihubungkan dengan Mesias: salah satu gelar Yesus
adalah Anak Daud.


Bagi Israel sendiri, kematian Daud pasti meninggalkan kekosongan
besar. Mungkin orang pada zaman itu akan bertanya-tanya, apakah
kebijakan, karya, dan keberhasilan Daud akan dapat dilanjutkan
oleh penerusnya. Kalau dilihat dari perspektif politik luar
negeri, Daud adalah raja besar yang telah membangun Israel
menjadi bangsa yang berpengaruh dan disegani bangsa-bangsa di
sekitarnya. Dari segi kehidupan beriman, Daud telah berhasil
menegakkan ulang dasar-dasar iman orang Israel. Meski demikian,
kita tidak dapat melupakan saat-saat kejatuhan Daud. Ia juga
pernah berdosa, tetapi ia tidak tinggal dalam dosanya. Ia
bertobat dan berbalik kepada Tuhan.


Apa yang kita ingin diingat orang ketika kita pergi meninggalkan
dunia? Keberhasilan atau kegagalan kita? Apakah perjalanan iman
yang telah kita lalui bisa menjadi contoh bagi orang-orang yang
kita tinggalkan? Kiranya bukan sekadar "happy ending" yang kita
inginkan terjadi di akhir hidup kita, melainkan hidup yang telah
selesai melakukan rancangan-rancangan Allah bagi dan melalui
kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.