Gelap mata

1Samuel 22:1-19

Seperti apakah perbuatan seseorang, yang tidak lagi dapat memakai
akal sehat, terhadap orang yang dianggap mengancam dia? Gelap
mata dan tidak terkendali! Itulah yang dilakukan Saul terhadap
orang yang membantu Daud.


Kisah pembantaian Ahimelekh dan para imam di Nob adalah kisah tragis
yang bisa dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari sisi Daud.
Tragedi ini terjadi karena Daud menipu Ahimelekh dengan
mengatakan bahwa ia adalah utusan Saul untuk suatu maksud
rahasia. Namun Saul justru menuduh Ahimelekh bersekongkol dengan
Daud untuk mengkhianati raja. Daud sendiri menyadari akibat
perbuatannya (ayat 22). Dari hal ini kita belajar untuk tidak
sembarangan bertindak, karena bisa saja akibatnya akan merugikan
orang lain.


Kedua, pembantaian ini merupakan penggenapan nubuat melawan keluarga
Eli (1Sam. 2:27-33; 3:13-14). Ahimelekh adalah imam keturunan
Eli. Allah murka kepada Eli dan keluarganya karena tidak
menguduskan, bahkan menajiskan ibadah Israel di Silo. Salah satu
hukuman itu adalah keluarga keturunan Eli akan dibantai dengan
pedang (1Sam. 2:33).


Ketiga, dari sisi Saul. Pembantaian itu adalah tindakan Saul yang
hilang kendali karena Roh Tuhan sudah meninggalkan dia. Saul
tidak dapat lagi memakai akal sehat untuk menimbang salah
benarnya suatu perkara, karena ia sudah memandang Daud sebagai
musuh utamanya. Siapa pun yang terlibat dengan Daud, otomatis
menjadi musuh yang harus disingkirkan. Dalam pertimbangan Saul,
yang tidak rasional lagi, tindakan Ahimelekh adalah tindakan
makar!


Sungguh menyedihkan kalau melihat bahwa ada juga pemimpin Kristen
yang memiliki jiwa dan roh Saul, yakni dikendalikan oleh rasa
dengki dan takut bila melihat penyertaan Allah atas orang lain.
Akibatnya, mereka rela melakukan apa saja demi melanggengkan
jabatan atau kuasa. Sebab itu, mari belajar menyerahkan hidup dan
kendali atas hidup kita pada Tuhan. Tuhan sendiri yang akan
memelihara hidup kita dalam damai sejahtera-Nya yang tak
berkesudahan.

Scripture Union Indonesia © 2017.