Kuatnya persahabatan

1Samuel 20:1-23

Seperti apakah sahabat sejati itu? Dunia menawarkan persahabatan yang
semu, sarat kepentingan, dan ambisi pribadi. Sudah menjadi fakta
terbuka bahwa dalam berbagai arena kehidupan: politik, ekonomi,
rumah tangga, bahkan agama, orang rela menjual \'sahabat\'nya demi
keselamatan bahkan \'keuntungan\' diri sendiri. Syukur, dalam
perikop ini kita melihat persahabatan sejati.


Yonatan masih belum yakin bahwa ayahnya tetap berniat membunuh Daud.
Yonatan ingat janji Saul (1Sam. 19:6). Andaikata niat membunuh
masih ada, tentu ayahnya tak akan menyembunyikan niat itu dari
dia (1Sam. 20:2). Itulah pembelaan Yonatan untuk ayahnya di
hadapan Daud. Yonatan jadi serba salah: membela ayah atau
sahabat? Bagi Yonatan, Saul adalah ayah sekaligus raja. Ia harus
hormat dan tunduk kepada Saul. Sebaliknya, Daud adalah sahabat
sekaligus kerabat (1Sam. 18:20, 27), yang ditindas oleh seorang
raja lalim, yang adalah ayah mertuanya sendiri.


Namun Yonatan memilih membela Daud karena ia menjunjung kebenaran.
Pembelaannya atas Daud bukan karena rasa kesetiakawanan semata,
tetapi atas dasar kasih setia. Setia pada ikatan perjanjian yang
pernah mereka ikat bersama (1Sam. 18:3), dan setia pada kehendak
Tuhan (1Sam. 20:13b). Yonatan tahu bahwa Tuhan telah menyatakan
pilihan-Nya atas Daud, bukan lagi pada Saul, ayahnya. Maka ia
berani meyakini bahwa Daud pun akan memperlakukan Yonatan dan
keluarganya dengan kesetiaan sama (ayat 14-16).


Tuhan campur tangan dengan memberikan hikmat kepada mereka berdua
untuk mengatur strategi agar dapat mengungkapkan isi hati Saul
sebenarnya (ayat 5-7). Apapun hasil akhirnya, kasih setia harus
dijunjung tinggi. Itu sebabnya, mereka saling meneguhkan lagi
dengan ikrar (ayat 17, 23).


Anak-anak Tuhan pun hendaknya mengembangkan persahabatan yang
diwarnai dengan kasih setia dan yang menjunjung kebenaran. Syukur
kepada Tuhan, Kristus telah menunjukkan dan memberi teladan kasih
setia seperti itu.

Yonatan masih belum yakin bahwa ayahnya tetap berniat membunuh Daud. Yonatan ingat janji Saul (1Sam. 19:6). Andaikata niat membunuh masih ada, tentu ayahnya tak akan menyembunyikan niat itu dari dia (1Sam. 20:2). Itulah pembelaan Yonatan untuk ayahnya di hadapan Daud. Yonatan jadi serba salah: membela ayah atau sahabat? Bagi Yonatan, Saul adalah ayah sekaligus raja. Ia harus hormat dan tunduk kepada Saul. Sebaliknya, Daud adalah sahabat sekaligus kerabat (1Sam. 18:20, 27), yang ditindas oleh seorang raja lalim, yang adalah ayah mertuanya sendiri.

Namun Yonatan memilih membela Daud karena ia menjunjung kebenaran. Pembelaannya atas Daud bukan karena rasa kesetiakawanan semata, tetapi atas dasar kasih setia. Setia pada ikatan perjanjian yang pernah mereka ikat bersama (1Sam. 18:3), dan setia pada kehendak Tuhan (1Sam. 20:13b). Yonatan tahu bahwa Tuhan telah menyatakan pilihan-Nya atas Daud, bukan lagi pada Saul, ayahnya. Maka ia berani meyakini bahwa Daud pun akan memperlakukan Yonatan dan keluarganya dengan kesetiaan sama (ayat 14-16).

Tuhan campur tangan dengan memberikan hikmat kepada mereka berdua untuk mengatur strategi agar dapat mengungkapkan isi hati Saul sebenarnya (ayat 5-7). Apapun hasil akhirnya, kasih setia harus dijunjung tinggi. Itu sebabnya, mereka saling meneguhkan lagi dengan ikrar (ayat 17, 23).

Anak-anak Tuhan pun hendaknya mengembangkan persahabatan yang diwarnai dengan kasih setia dan yang menjunjung kebenaran. Syukur kepada Tuhan, Kristus telah menunjukkan dan memberi teladan kasih setia seperti itu.

", "http://www.su-indonesia.org/images/santapanHarian/3984-t.jpg", 520, 350)'>
Scripture Union Indonesia © 2017.