Jalan

Yohanes 14:1-7

Kita mungkin tidak sadar bahwa orang Kristen zaman dulu lebih banyak
dikenal dengan sebutan "pengikut Jalan [Tuhan]" (lih. mis. Kis.
9:2; 22:4). Bahkan kata "Kristen" atau "Khristianos" pun dulunya
bermakna melecehkan: "orangnya si Khristos." Namun itulah
kenyataannya. Menjadi Kristen berarti berada dalam perjalanan di
jalan Tuhan, yakni mengikuti, menyaksikan, dan ikut mewujudkan
kehendak Tuhan. Itulah sebabnya Injil Yohanes memunculkan Yesus
sebagai Sang Jalan yang kita pilih dan kita ikuti. Masalahnya,
insan-insan modern seperti kita lebih senang dengan kema-panan.
Berjalan berarti berpindah berarti berubah berarti tidak mapan.
Dan itu tidak kita sukai!


Tujuh ayat ini sangat dalam dan kita tidak mungkin bisa mengupas
semua isinya di sini. Namun ada beberapa poin yang perlu kita
soroti. Pertama, bahkan setelah Yesus pergi pun Ia tetap
melayani kita, para murid-Nya: Ia menyiapkan tempat bagi kita
(ayat 2-3). Kedua, melalui Kristus Sang Jalan, kita mengenal
Allah Bapa. Bahkan, tanpa Kristus kita tidak mung-kin mengenal
Sang Bapa seperti ini. Ketiga, Sang Jalan yang kita sambut
dengan iman ini sekaligus adalah kebenaran dan hidup kita:
artinya, kita dibenarkan dan memperoleh hidup ketika kita
melakukan langkah iman yaitu percaya kepada Kristus. Keempat,
kita memperoleh jaminan surgawi dari Tuhan. Oleh sebab itu,
sewajarnyalah bila kita merespons Dia dengan langkah konkret,
yang berpadanan dengan status anugerah kita.


Poin renungan kita kali ini sederhana saja: Jika memang demikian,
kita masih tunggu apalagi? Tidaklah pantas jika kita masih tetap
mencintai \'kemapanan\' dunia ini dan melupakan mandat kemuridan
kita, yaitu menyampaikan kabar bahwa Yesus adalah Jalan,
Kebenaran dan Hidup, bahwa Allah Bapa takkan bisa dikenal
kecuali melalui Dia. Sebagai murid, kita tahu "ke mana Tuhan
pergi" (ayat 4) yakni menuju jalan yang mewujudkan kehendak Sang
Bapa yang niscaya penuh kemuliaan.

Scripture Union Indonesia © 2017.