Kebahagiaan yang sejati

Mazmur 1

Apa harapan Anda memasuki tahun baru ini? Banyak orang mendambakan
kebahagiaan berupa kelegaan dari penderitaan, lepas dari berbagai
kesulitan hidup, dan hidup serba berkecukupan. Apa benar semua
itu mendatangkan kebahagiaan yang sejati?


Kebahagiaan seseorang terkait erat pada relasinya dengan Tuhan.
Karena Tuhan adalah sumber hidup maka hanya dengan memiliki
persekutuan intim dengan Tuhan, seseorang bisa menikmati hidup
ini dan puas (ayat 2). Sebaliknya orang yang bergaul intim dengan
Tuhan tak mungkin bisa menikmati pergaulan dengan orang berdosa
apalagi ikut-ikutan dalam kehidupan dosanya (ayat 1).


Ikut-ikutan cara hidup orang berdosa hanya membawa seseorang semakin
jauh dari kebenaran. Ayat 1 mengungkapkan bagaimana pergaulan
yang sembarangan, dengan cepat merusak kebiasaan baik (ayat 1Kor.
15:33). Mulai dengan mendengar bujukan ("berjalan menurut nasihat
orang fasik"), lalu mulai menjadi kebiasaan ("berdiri di jalan
orang berdosa"), tahu-tahu sudah menjadi bagian dari kumpulan
perencana kejahatan ("duduk di kumpulan pencemooh"). Dengan kata
lain, mulai dengan mengikuti ajakan orang untuk berdosa, berujung
pada ikut mengajak orang lain untuk berdosa! Apa yang mungkin
dituai oleh orang yang hidup dalam keberdosaan? Tidak ada yang
bernilai kekal yang bisa ditabung untuk masa depan (ayat 4).
Bahkan kebinasaan menjadi akhir tragis bagi mereka (ayat 6b)!


Kebahagiaan apa yang bisa dinikmati orang yang bergaul dengan Tuhan?
Kepuasan sejati karena tahu hidupnya berhasil di mata Tuhan,
yaitu seperti pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang baik
dan lebat. Siapakah yang disenangkan kalau bukan pemiliknya
sendiri? Juga kepuasan yang tidak dapat pudar karena tahu hidup
yang menghasilkan buah itu adalah hidup yang Tuhan pakai untuk
memberkati orang lain. Hidup ini menjadi bermakna saat orang lain
mengenal Yesus karena hidup kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.