Hikmat dalam berbagai segi

Amsal 21:15-31

Respons orang terhadap keadilan memperlihatkan karakter mereka (ayat
15). Yang dimaksud bukan hanya orang-orang yang bekerja di bidang
hukum atau yang berkaitan dengan keadilan saja. Setiap orang
seharusnya menghargai keadilan dan bertindak dengan adil di dalam
seluruh segi kehidupannya. Tidak perlu takut berurusan dengan
keadilan, dan jangan pula mengolok-olok keadilan. Sebab itu
jangan mengabaikan hikmat. Orang yang tidak peduli akan hikmat
berarti menghancurkan hidupnya (ayat 16).


Hikmat juga terlihat melalui kesukaan orang dalam bersenang-senang
(ayat 17). Sebenarnya tidak ada yang salah dengan
bersenang-senang. Namun jika tidak terkendali maka kemiskinanlah
yang akan datang menyerbu. Orang yang bijak tidak akan
menghabiskan hartanya begitu saja (ayat 20). Ia tahu bahwa ia
harus mempersiapkan masa depannya. Tidak seperti pemalas yang
enggan mengeluarkan keringat untuk bekerja (ayat 25). Ia hanya
mengharapkan bantuan orang lain. Sesungguhnya ia sedang
menghancurkan hidupnya.


Selain membuat orang menjadi bijak dalam mengelola harta, hikmat
memampukan orang untuk merencanakan strategi yang brilian agar
dapat memenangkan perang (ayat 22). Artinya hikmat dapat
mengalahkan kekuatan fisik. Dengan hikmat, orang dapat menjadi
bijak dalam mengontrol perkataan. Bila demikian, orang akan
terhindar dari kesulitan yang dimunculkan akibat perkataan yang
sembrono (ayat 23). Orang memang harus mengatakan apa yang benar,
baik, dan menyenangkan. Hindari perkataan yang salah, pahit dan
bersifat menjatuhkan orang lain. Juga jangan sombong (ayat 24).
Orang yang sombong mungkin saja akan menolak Tuhan, atau paling
tidak menolak untuk belajar dari hikmat.


Hidup benar bukan hanya ditunjukkan lewat ibadah yang dilakukan
secara rutin (ayat 27). Orang yang beribadah harus hidup dengan
bersumber dan bermuara pada kebenaran. Maka ibadah harus disertai
pertobatan yang terwujud dalam perilaku yang mencerminkan
kebenaran dan keadilan.

Scripture Union Indonesia © 2017.