Kesetiaan memberitakan Injil

Kisah Para Rasul 20:17-38

Di tengah zaman yang menawarkan berbagai bentuk persaingan, kompromi,
dan kesenangan sesaat, orang Kristen perlu melakukan evaluasi
terhadap orientasi hidup dan pelayanan. Kita bisa belajar dari
Paulus.


Pertama, Paulus memiliki konsep pelayanan yang jelas. Ia tidak
ragu sedikit pun akan panggilannya sebagai pengabar Injil, meski
itu berarti penderitaan atau kematian (19-20, 24).


Kedua, Paulus tidak hanya ingin menyenangkan telinga
pendengarnya. Sasarannya adalah supaya orang bertobat dan percaya
kepada Tuhan Yesus (21). Itulah sebabnya, ia memberitakan Injil,
baik kepada orang Yunani yang tidak mengenal Allah maupun kepada
orang Yahudi yang ingin membunuh dia. Ia bahkan berkata bahwa ia
telah memberitakan Injil kepada semua orang, baik yang
diselamatkan, maupun yang akan binasa (26).


Ketiga, Paulus berorientasi pada tujuan akhir, yaitu
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Tuhan kepada dia (24).
Paulus melayani bukan untuk kebesaran namanya atau untuk
mengumpulkan kekayaan (33). Motivasi Paulus adalah untuk
menyenangkan Tuhan dengan cara mencapai garis akhir yang telah
ditetapkan oleh Tuhan, bukan oleh ambisi pribadinya.


Keempat, Paulus adalah pelayan Tuhan yang tidak suka mengemis
(33-35). Ia tidak hidup dari uang persembahan jemaat. Ia bekerja
keras untuk membiayai pelayanannya, dan juga pelayanan
rekan-rekan sekerjanya, serta mencukupkan kebutuhan mereka yang
berkekurangan.


Paulus memusatkan hidupnya pada Kristus sehingga Kristuslah yang ia
utamakan. Dirinya, penghidupannya, bahkan nyawanya sekali pun,
rela dia nomor duakan; asalkan Kristus dimuliakan dan semakin
dikenal oleh banyak orang. Sikap hidup Paulus kiranya menjadi
panutan bagi kita. Walau pun kita bukan orang yang secara khusus
bekerja dalam bidang pelayanan, tetapi hidup berpusatkan Kristus
kiranya menjadi kerinduan kita juga. Memang akan ada tantangan
dan risiko, namun panutan dari Paulus kiranya membangkitkan
semangat kita untuk tetap bertahan.

Scripture Union Indonesia © 2017.