Jangan pilih kasih

Yakobus 2:1-7

Warga gereja terdiri dari berbagai ras, tingkat ekonomi dan
pendidikan. Dalam keragaman itu, adakah kesetaraan sebagai sesama
milik Kristus terwujud dalam kehidupan bergereja kita?


Yakobus menegur kecenderungan "memandang muka" di dalam kehidupan
bergereja (1). Saling menilai berdasarkan kekayaan, merupakan
penyangkalan terhadap prinsip iman Kristen. Tuhan Yesus yang
mulia (1) telah rela menjadi hina dan mati dalam aib demi
menyelamatkan manusia. Dalam hidup dan karya penyelamatan Yesus
Kristus, nilai manusia diubah dari hal-hal yang kasat mata ke
nilai baru yang menusia peroleh hanya di dalam kasih dan
penyelamatan-Nya. Kemuliaan manusia bukan terletak pada harta
milik atau penampilan lahiriah (2-3), tetapi pada status barunya
di dalam Kristus. Maka menerapkan standar lain dalam kehidupan
bergereja adalah hal yang jahat di mata Allah (4).


Hal itu dianggap salah juga karena, pertama, Allah justru memilih
yang miskin untuk Dia jadikan kaya dalam iman, bahkan sebagai
pewaris kerajaan-Nya (5). Kedua, Yakobus merujuk pada fakta zaman
itu (kemungkinan besar sampai zaman ini) bahwa orang kaya dan
berkuasa sering melawan Allah dan menindas orang papa (7). Bukan
maksud Yakobus mengajar untuk menolak orang kaya. Ia hanya
mengingatkan agar orang tidak pilih kasih dalam hidup berjemaat.


Dengan alasan inilah maka orang Kristen harus bersikap adil dalam
hidup dan pelayanan, termasuk juga dalam sikap terhadap orang
lain. Kesetaraan harus terpancar baik dalam ibadah maupun dalam
pelayanan sosial. Firman Tuhan mengajar kita untuk konsisten
menjadikan iman sebagai norma pergaulan di tengah kehidupan
masyarakat yang beragam. Tidak boleh pilih kasih atau \'hanya
untuk kalangan sendiri.\' Pengamalan iman harus berdampak luas
hingga cita rasa Kristus dapat dicicipi semua kalangan. Kita,
sebagai gereja, harus mampu menjadi inisiator dalam tindakan
kebaikan sebelum didahului orang lain.

Scripture Union Indonesia © 2017.