Kekuatan dalam pelayanan

2 Korintus 4:1-6

Apa rahasia Paulus sehingga ia tidak tawar hati meski mengalami
banyak rintangan dalam pelayanan? Karena ia sadar bahwa pelayanan
pemberitaan Kristus begitu mulia (3:17-15). Maka menjadi pelayan
Injil merupakan kehormatan yang berasal dari kemurahan Allah
semata (1). Kesadaran ini membangkitkan dua hal. Pertama,
ketegasan untuk tidak menodai pelayanan yang mulia dengan
tindakan dan motivasi yang tidak murni (2a). Kedua,
bersungguh-sungguh agar Injil dapat diberitakan dengan cara yang
membuat pendengarnya dapat memahami dengan benar (2b).


Lalu jika dalam kenyataannya masih ada juga orang yang tidak menerima
Injil, bagaimana kita harus menilai pelayanan tersebut? Paulus
menegaskan bahwa penolakan terhadap Injil adalah fakta bahwa hati
orang digelapkan oleh dosa, kuasa kejahatan dan daya tarik dunia
(3-4). Mereka yang termasuk di dalamnya adalah orang yang memang
tidak ingin percaya kepada Allah. Mereka tidak menyadari bahwa di
luar Injil tidak ada keselamatan sejati, juga tidak ada makna
hidup yang sejati.


Oleh karena pelayanan Injil adalah mewartakan kemuliaan Kristus, maka
Paulus tidak menonjolkan dirinya (5). Tema ini menegaskan ulang
perbedaan prinsip pelayanan Paulus dibandingkan dengan
hamba-hamba Tuhan palsu, yang menonjolkan diri mereka untuk
mencari hormat dari jemaat Korintus. Perhatian Paulus bukan
dipusatkan pada upaya untuk membuat orang mengaguminya, tapi pada
kesetiaan melayani agar Kristus dinyatakan dengan terang (6). Ia
yang pernah berjumpa dengan terang kemuliaan Kristus di jalan
menuju Damaskus, terus berharap bahwa melalui pelayanannya orang
kembali berjumpa terang Kristus itu.


Renungkan: Untuk setiap kita, ada bagian yang Tuhan ingin kita
lakukan dalam pelayanan. Baiklah kita menerimanya sebagai
anugerah. Lakukan dengan hati yang murni hanya demi kemuliaan
Injil Kristus makin terpancar, bukan demi alasan-alasan lain!

Scripture Union Indonesia © 2017.