Pembenaran vs penghukuman

2 Korintus 3:7-11

Orang Yahudi begitu bangga memiliki Perjanjian Lama dengan Hukum
Taurat yang tertulis di dalamnya. Mereka bahkan cenderung
menjunjung tinggi tokoh-tokohnya, seperti Musa dan Abraham.
Peristiwa Musa turun dari Gunung Sinai, setelah menerima dua loh
batu bertuliskan sepuluh hukum Taurat, tentu tidak dilupakan oleh
orang Yahudi. Setelah menemui Tuhan, wajah Musa memancarkan
kemuliaan-Nya. Maka saat dia turun dari Sinai, wajahnya bersinar
cemerlang. Akibatnya orang Israel tak tahan melihat dia. Tetapi
lambat laun, cahaya itu memudar (7).


Kisah ini dipakai Paulus untuk membandingkan kemuliaan Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Paulus menyatakan bahwa Perjanjian Lama
akan berakhir dengan penghukuman (7a). Mengapa demikian? Karena
Hukum Taurat berisi standar kebenaran yang tidak dapat dipenuhi
oleh siapa pun! Dengan demikian, semua orang akan dianggap
berdosa! Tetapi Perjanjian Baru adalah pembenaran Allah bagi
orang yang berdosa (9). Mengapa bisa demikian? Karena tuntutan
Hukum Taurat telah dipenuhi oleh Tuhan Yesus melalui penumpahan
darah-Nya. Betapa besar perbedaan antara penghukuman dan
pembenaran! Perjanjian Lama memang memancarkan kemuliaan; namun
kemudian kemuliaannya memudar bagai sinar lampu saat fajar
merekah (10-11).


Sampai sekarang banyak orang berpikir bahwa keselamatan dapat
diperoleh dengan berbuat baik. Alkitab menyatakan dengan jelas
bahwa keselamatan adalah karena anugerah Allah. Upaya manusia
akan menemui jalan buntu. Segala yang dihasilkan orang yang sudah
digelapkan oleh dosa akan berakhir pada kegagalan dan hukuman
Allah. Kita yang sudah menerima anugerah penebusan Allah, perlu
memiliki hati yang terbeban untuk mendoakan dan memberitakan
jalan keselamatan anugerah Allah ini kepada sesama kita. Begitu
banyak hal menjadi masalah bagi kita, namun janganlah kita alpa
berdoa dan menyebarkan Injil kepada orang-orang dalam lingkar
pergaulan kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.