Yesus: manusia dan Allah!

Lukas 2:39-52

Yesus sama tetapi juga berbeda dari manusia lainnya. Sama-sama lahir
dari rahim wanita, namun Dia berbeda karena kandungan ibu-Nya
berasal dari Roh Kudus (1:35). Dia bertumbuh dalam
kemanusiaan-Nya, dan menyadari hubungan khusus-Nya dengan Allah
Bapa.


Perikop ini menegaskan kesamaan dan perbedaan tersebut. Sebagai
manusia biasa, keturunan Yahudi, Yesus melalui semua ritual yang
harus dijalani setiap anak Yahudi (39). Yesus mengalami proses
pertumbuhan secara fisik, mental, dan kerohanian, sebagaimana
ditekankan Lukas pada bagian permulaan dan penutup nas hari ini
(40, 52). Namun, di sisi lain, kita melihat sosok Yesus yang
bertumbuh menjadi remaja yang memiliki kepekaan akan tujuan hidup
yang berasal dari Allah dan menyadari bahwa Ia memiliki hubungan
unik Anak-Bapa dengan Allah. Dengan menyebut Allah sebagai Bapa
menegaskan bahwa sejak usia muda Yesus telah sadar akan
ke-Allah-an-Nya. Ia sadar bahwa Ia harus terus bersekutu dengan
Bapa-Nya dan berarti juga menaati rencana-Nya (49). Allah yang
adalah Bapa-Nya, patut mendapat loyalitas tertinggi. Pernyataan
ini juga merupakan nubuat bahwa kelak kepatuhan kepada Bapa
membuahkan kayu salib. Saat itu pernyataan Yesus belum dapat
dipahami oleh orang tua lahiriah-Nya (50). Meski Anak Allah,
Yesus tunduk di bawah otoritas orang tua-Nya, karena sebagai
manusia Ia masih berada dalam pemeliharaan mereka (51).


Yesus, sejak remaja mempersiapkan diri-Nya dalam kepatuhan sejati
kepada Allah Bapa, untuk kelak naik ke salib demi keselamatan
manusia. Pengenalan akan Juruselamat yang tahu jati diri dan
tujuan hidup-Nya, bahkan sejak dini, kiranya mendorong kita untuk
meneladani Dia yang menomorsatukan ketaatan kepada Allah dalam
hidup-Nya sehingga rencana Allah digenapi.


Tekadku: Di tahun baru ini aku mau mengabdikan diriku menjadi
alat bagi penggenapan rencana keselamatan-Nya.

Scripture Union Indonesia © 2017.