Anugerah menyuburkan dosa?

Roma 6:1-14

Uraian Paulus tentang anugerah Allah sebagai jalan keselamatan (Rm.
5:10-21) bisa dibelokkan orang untuk membenarkan cara hidup berdosa
(ayat 6:1). Paulus menyanggah kesimpulan sembarangan itu. Anugerah
bukan saja memberikan pengampunan dosa, tetapi juga menyebabkan
kelepasan dari dosa (ayat 2). Jika di pasal 5 Paulus seolah melompat
dari pembenaran langsung ke pemuliaan (ayat 5:2, 11), maka dalam
bagian ini ia membicarakan pokok yang dilompatinya itu, yaitu
prinsip pemuridan atau pengudusan.


Iman melangkah bersatu dengan Kristus seperti yang dilambangkan
dalam baptisan. Ketika seseorang dibaptiskan, orang itu menyatu
dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Kristus yang mati dan
bangkit yang berkuasa menyelamatkan dan mengubahkan hidup, bukan
baptisan. Kristus sudah menyatu dengan kita melalui inkarnasi dan
ketaatan-Nya menerima hukuman salib. Untuk beroleh faedah karya
penyelamatan itu, kita harus beriman. Beriman adalah menerima
Kristus dengan segenap hidup (akal budi, persetujuan dan penyerahan
diri). Beriman tidak cukup sekali. Kita menerima Kristus untuk
terus-menerus ambil bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya.
Melalui satu dengan kematian-Nya, sifat dosa kita dimatikan. Melalui
satu dengan kebangkitan-Nya, kita ikut bangkit. Bukan lagi hamba
dosa, tapi hamba Allah (ayat 6:5-10). Ini diberlakukan oleh Roh
Kudus, yang mulai hari Pentakosta beroperasi menerapkan karya
Kristus pada orang beriman.


Kita wajib memiliki iman konsisten. Ingat, pikirkan, dan resapi
bahwa kita sudah mati bersama Kristus. Kematian-Nya telah
menghancurkan kuasa dosa dalam kehidupan kita. Aktiflah
memperlakukan dorongan dosa sebagai hal yang telah mati oleh
Kristus! Aktiflah juga mengingat dan bersyukur bahwa semua potensi
dan seluruh keberadaan kita adalah dari Allah dan hanya untuk
memperkenan Dia.


Camkan: Kita berhutang nyawa kepada Kristus, kita wajib
tunduk melayani kehendak-Nya yang benar dan kudus!

Scripture Union Indonesia © 2017.