Paradoks dalam kehidupan manusia.

Ayub 7:1-21
Minggu Adven ke-1

Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk paradoksal. Sejak
dalam kisah penciptaan sifat paradoks itu sudah terlihat. Di
satu sisi manusia dibuat dari unsur debu tanah, menekankan
kefanaan dan kehinaan manusia. Di sisi lain manusia dihidupkan
oleh hembusan nafas Allah sendiri. Ini menegaskan keistimewaan
manusia sampai-sampai Allah menyebut manusia gambar dan rupa-Nya
sendiri; satu-satunya ciptaan Allah yang memiliki hakikat dan
kedudukan sangat mulia. Paradoks itu menjadi masalah berat bagi
hidup manusia terutama karena dosa merusakkan keserasian
manusia.


Menurut Ayub penderitaannya kini terkait dengan fakta paradoks
tersebut. Di satu pihak ia menyadari dirinya adalah makhluk yang
terbelenggu oleh waktu (ayat 2, 3), tidak bersifat abadi, hidup
dalam realitas yang keras (ayat 4-6). Jiwa dan raganya mengalami
keresahan dan kesakitan. Untuknya manusia seperti hembusan nafas
yang singkat saja (ayat 7-10, bandingkan dengan ucapan pemazmur
(Mzm. 90:5-6). Sesudah mati, ia pun dilupakan. Namun, di pihak
lain ia menyadari bahwa sebenarnya manusia agung di mata Tuhan
(ayat 17). Cinta kasih dan kesetiaan Tuhan seolah tercurah penuh
kepada makhluk yang satu ini. Cita-cita Allah menjadikan manusia
menjadi agung serasi dengan kemuliaan-Nya, menjadi motivasi
mengapa Allah menjaga (ayat 12), mendatangi sampai manusia
terkejut (ayat 13), memperhatikan (ayat 17), menyertai (ayat
18), dan menyoroti sepak terjangnya (ayat 19). Perhatian Allah
sebesar itu bagi manusia menjadi beban tak tertanggungkan.
Kemuliaan itu terlalu berat bagi makhluk fana ini. Cita-cita
ilahi itu terlalu tinggi, sedangkan kebebasan yang manusia dapat
tanggung terlalu rendah dibanding kebebasan yang Tuhan inginkan.


Wawasan Ayub ini dalam, perlu kita tangkap dan tanggapi dengan
benar. Semua kita terbatas, ada kekurangan, dan memiliki banyak
simpul-simpul rapuh. Akan tetapi, Allah memiliki rencana agung
untuk setiap kita.


Renungkan:
Ingin hidup di tingkat biasa-biasa saja mudah tak perlu
menderita. Ingin menjadi seperti bintang cemerlang perlu
keberanian untuk dirubah Tuhan melalui proses yang berat.

Scripture Union Indonesia © 2017.