Jujur menghasilkan keuntungan.

Pengkhotbah 7:23-8:1
Minggu ke-19 sesudah Pentakosta

Untuk membuat suatu garis lurus kita memakai penggaris
sebaliknya, untuk membuat garis yang bengkok kita tidak
membutuhkan alat. Hal ini menunjukkan lebih mudah membengkokkan
sesuatu daripada meluruskannya. Hal yang sama juga berlaku pada
manusia. Untuk "membengkokkan manusia" tidak diperlukan banyak
usaha, sedangkan untuk "meluruskan manusia" dibutuhkan usaha.


Judul renungan ini terkesan tidak mungkin bagi situasi dunia saat
ini. Orang dunia menganggap remeh soal kejujuran, bahkan jika
ada kesempatan untuk melakukan kecurangan maka mereka akan
mengambilnya. Firman Tuhan dalam nas ini menegaskan bahwa Tuhan
menjadikan manusia dengan dilengkapi kemampuan untuk bersikap
jujur, tetapi manusia melakukan kebalikannya yaitu "mencari
banyak dalih" (ayat 29). Mencari banyak dalih dapat diartikan
melemparkan kesalahan pada orang lain; dan membuat rancangan
tipu daya untuk mencari keuntungan diri sendiri. Orang-orang
yang berlaku demikian akan mendapatkan balasannya (Lih. Ams.
22:8). Kejujuran mendatangkan keuntungan yang berkelanjutan,
sementara kecurangan hanya akan memperoleh keberhasilan sesaat.
Bukankah kita lebih mau membeli barang dari pedagang yang jujur
daripada pedagang yang curang? Bukankah kita marah tatkala
ditipu ketika membeli barang atau melakukan usaha dagang? Dan
bukankah kita langsung bertekad untuk tidak akan menggunakan
lagi jasa orang yang telah memperdaya kita?


Bagi anak Tuhan menerapkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari,
merupakan bukti bahwa ia adalah seorang yang takut akan Tuhan.
Orang jujur menghormati Tuhan dengan melakukan firman-Nya dan
tidak melanggar perintah-Nya dan percaya bahwa keuntungan anak
Tuhan akan berasal dari pada-Nya. Kita mampu berlaku jujur
karena kita ingin menyukakan Tuhan. Kita akan mendapat
keuntungan berkelanjutan dalam pekerjaan atau keluarga justru
bila kita jujur.


Ingat:
Berapa pun "kerugian" yang harus kita bayar karena kita berlaku
jujur, Tuhan tetap akan memelihara kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.