Bukan korban tetapi pengakuan.

Mazmur 51
Minggu Pentakosta

Tidak sedikit orang Kristen berpendapat bahwa kalau seseorang jatuh
ke dalam dosa, di samping mengaku dosa maka ia harus semakin
berusaha untuk hidup kudus. Caranya adalah dengan sering berpuasa,
rajin ke gereja, baca Alkitab, dan sebagainya. Namun ironisnya,
semakin ia berusaha untuk melakukan yang baik ternyata semakin ia
frustrasi. Mengapa? Karena ternyata kebanyakan usahanya itu gagal.
Akhirnya, ia berkesimpulan bahwa usaha yang dilakukannya sia-sia.
Semakin banyak ia jatuh bangun semakin frustasi dirinya.


Latar belakang mazmur ini adalah kejatuhan Daud ke dalam dosa dengan
Batsyeba (ayat 2 Samuel 11). Dosa Daud tidak berhenti sampai di
situ. Ia bahkan membunuh Uria, suami Batsyeba untuk menutupi
perzinahannya. Namun, Tuhan tidak membiarkan Daud berkanjang dalam
dosanya. Melalui Nabi Natan, Tuhan menegurnya (ayat 2 Samuel
12:1-15). Hati Daud hancur. Ia datang ke hadapan Allah dengan
pengakuan dan penyesalan yang dalam. Kehancuran hati Daud ini
dipandang Allah sebagai korban sembelihan yang berkenan pada-Nya
(ayat 18-19) dan sekaligus merupakan tanda bahwa Daud telah
mendapat pengampunan dari Allah.


Selanjutnya Daud berdoa agar Allah bermurah-hati dengan membangun
kembali "tembok-tembok Yerusalem" (ayat 20). Hal ini menandakan
bahwa mazmur ini dituliskan ulang oleh penerus Daud pada saat Bait
Suci telah dihancurkan dan karenanya umat TUHAN tidak bisa lagi
mempersembahkan korban. Bagi umat, tiadanya persembahan korban
berarti TUHAN telah jauh dari umat-Nya. Namun pengalaman Daud ini
pastilah menjadi suatu penghiburan bagi umat ketika dibacakan
kepada mereka. Karena ternyata bukan korban persembahan yang utama
bagi TUHAN tetapi pengakuan dan penyesalan atas dosa.


Renungkan:
Jika kita jatuh ke dalam dosa, jangan mencoba menyelesaikannya
sendiri. Akuilah dosamu di hadapan TUHAN dengan penyesalan yang
dalam dan Ia akan mengampuni!

Scripture Union Indonesia © 2017.