Fokus pada tujuan.

Lukas 9:51-62
Minggu Epifania ke-4

Ayat 51 dengan jelas menekankan bahwa Tuhan Yesus kini melangkah
menuju kegenapan seperti yang telah diajarkan-Nya kepada para
murid. Ia tahu Ia datang dari siapa, untuk apa, dan harus
melalui jalan hidup yang bagaimana. Bahwa misi-Nya akan ditolak
oleh sementara orang, adalah sesuai dengan rencana Allah yang
telah dinubuatkan sejak zaman Perjanjian Lama dan selaras dengan
tekanan ajaran-Nya bahwa Ia harus menderita (bdk. Yes. 53).


Dalam bacaan ini Lukas memaparkan kepada kita bahwa ada masalah yang
mengganjal Yesus, yaitu reaksi murid-murid-Nya, Yakobus dan
Yohanes terhadap orang Samaria yang menolak memberikan bantuan
setelah tahu bahwa Yesus dan rombongan-Nya menuju ke Yerusalem
(ayat 53). Memang Kerajaan Israel bersatu terpecah menjadi
Israel Utara (Samaria) dan Israel Selatan (Yehuda=Yerusalem).
Hubungan antara Samaria dan Yehuda semakin memburuk. Bahkan
orang-orang Samaria digolongkan sebagai orang-orang yang harus
dimarginalkan oleh orang-orang Yerusalem. Lukas menggambarkan
penolakan ini sebagai bagian dari penggenapan nubuat Allah
sebagai tanda bahwa Mesias akan menderita penolakan. Bagaimana
rombongan Yesus bersikap terhadap penolakan tersebut? Yakobus
dan Yohanes, khususnya, menganggap bahwa penolakan itu lebih
merupakan penghinaan terhadap Yesus, yang seharusnya
diperlakukan dengan segala hormat. Itulah sebabnya mereka
mengusulkan untuk bertindak keras terhadap mereka (ayat
54)—mungkin seperti yang pernah dilakukan Elia dalam 2Raj.
1:10,12.


Reaksi Yesus sama sekali berbeda (ayat 55)! Justru Ia menilai bahwa
reaksi yang ditunjukkan oleh Yakobus dan Yohanes ternyata belum
menghayati bahwa salib adalah keharusan bukan saja bagi Yesus
tetapi juga dalam misi dan kehidupan para pengikut-Nya.


Renungkan:
Mengikut Yesus adalah satu-satunya yang harus secara serius
dijalani dengan segala konsekuensinya.

Scripture Union Indonesia © 2017.