Ambisi untuk menjadi yang ter ....

Lukas 9:43b-50
Minggu Epifania ke-4

Bagi sementara orang keinginan untuk maju, untuk terkenal, untuk
berkuasa dan memiliki kredibilitas terpercaya adalah sah-sah
saja, wajar-wajar saja. Bahkan tidak sedikit orang yang
berambisi untuk itu dan siap menekuninya. Fokus perhatian pada
pemenuhan ambisi ini pun terjadi di kalangan para murid Tuhan
Yesus. Bahkan mereka dengan sangat ekstrim berani mengungkapkan
hal tersebut kepada Yesus. Di saat Tuhan sedang memusatkan
perhatian pada urusan kekal Kerajaan Allah dengan syarat-syaratnya
yang berat — Ia harus menderita dan dibunuh—dan untuk
kepentingan umat manusia, para murid lebih memusatkan perhatian
pada ambisi dan kepentingan pribadi mereka (ayat 46). Itulah
sebabnya mengapa para murid tidak mengerti apa maksud ucapan
Tuhan Yesus tentang penderitaan-Nya.


Namun, Tuhan Yesus begitu baik dan sabar meladeni kekisruhan pikiran
murid-murid-Nya. Padahal, ketidakpahaman mereka terhadap
penderitaan yang akan dialami-Nya sebenarnya makin memberatkan
pergumulan-Nya. Diambil-Nya seorang anak kecil. Melalui
perkataan-Nya, Ia mengubah konsep para murid tentang arti
“penting” dan besar. Anak kecil itu didudukkan sebagai pihak
yang sering kali tidak dipedulikan orang. Menurut Yesus
penilaian seperti ini tidak berlaku dalam Kerajaan Allah.
Artinya, mereka yang benar-benar “besar” dan “penting” dalam
Kerajaan Allah adalah mereka yang dengan segala kerendahan hati
memperhatikan “orang-orang kecil“ dan “perkara-perkara kecil”
(ayat 48).


Belajar memperhatikan yang kecil dan sedia menjadi kecil, adalah
cara untuk mengerti apa sesungguhnya yang diartikan “penting”
dalam prioritas Tuhan Yesus. Tuhan Yesus juga mengajar para
murid untuk tidak hanya menganggap kalangan sendiri yang paling
penting atau paling benar.


Renungkan:
Orang yang berbesar hati akan sudi mengakui fakta kehadiran dan
karya Allah melalui orang lain.

Scripture Union Indonesia © 2017.