Tuhan tidak membangun tembok.

Kisah 11:1-18
Minggu ke-4 sesudah Pentakosta

Allah tidak membeda-bedakan orang. Perhatian dan cinta kasih-Nya
tidak bisa dibatasi hanya di wilayah tertentu. Rahmat dan
anugrah-Nya tidak dicurahkan hanya kepada tokoh tertentu, suku
tertentu, gender tertentu, atau budaya tertentu saja. Oleh sebab
itu Allah tidak boleh dibatasi karya-Nya di kawasan orang Yahudi.
Dengan perkataan lain Allah tidak membangun tembok, tetapi Allah
justru membangun jembatan.


Di dalam diri Kristus, Allah meninggalkan surga dan masuk ke dalam
dunia, bahkan menjadi manusia dan berkomunikasi dengan manusia.
Allah juga solider dengan manusia sampai kepada penderitaan
manusia yang paling dalam yaitu kematian. Peristiwa salib bisa
dipahami oleh orang yang sangat sederhana maupun orang yang
paling jenius.


Jalan kehidupan Yesus mengatasi jalan-jalan politik, jalan ekonomi,
jalan perdamaian dst., yang sedang dirintis oleh manusia.
Kesetiaan yang dibangun umat-Nya mengatasi kesetiaan terhadap
bangsa, mengatasi fanatisme suku atau budaya.


Dalam dunia yang penuh dengan pertentangan dan krisis, dan bahkan
ketika primordialisme tumbuh subur, Kekristenan harus merangkul
dan membangun jembatan-jembatan komunikasi. Injil Kerajaan Allah
adalah kabar baik yang harus disampaikan dengan berpedoman kepada
Yesus. Fanatisme atau ekslusifisme bertentangan dengan nilai-
nilai Kristiani. Memeluk Kristus erat-erat dan merasa diri
selamat sementara melihat orang lain dengan penuh kecurigaan
sangat bertentangan dengan semangat Yesus atau jiwa inkarnasi.


Renungkan:
Bukan saatnya menghindari orang lain tetapi inilah saatnya
merangkul orang lain dalam semangat persaudaraan dan semangat
cinta kasih. Sebab Yesus bukan milik kita saja, tetapi Yesus
adalah milik semua orang.

Scripture Union Indonesia © 2017.