Menerobos kemapanan.

Ulangan 8:1-20
Minggu Paskah 3

Banyak orang sering mengaitkan kesalehan dengan kemakmuran. Cara
pikir mereka sederhana: orang yang saleh akan makmur, sedangkan
orang yang berdosa akan menderita. Ini ada benarnya, tetapi tidak
selalu demikian. Namun, pada umumnya semua orang ingin mendapatkan
kemakmuran dan dengan demikian mereka menjaga kesalehan. Sayang
sekali, sering kali kemakmuran yang mereka dapatkan justru
menggiring mereka masuk ke dalam sistem yang akhirnya membuat
mereka tidak dapat lagi menjaga kesalehan. Kemakmuran itu menjadi
sebuah kutukan.


Bangsa Israel diingatkan terus-menerus untuk menjadi setia, bergantung
kepada Allah, bukan hanya agar mereka hidup, tetapi juga agar
mereka bisa beranak cucu sehingga tanah perjanjian itu dapat
dikuasai sepenuhnya. Melalui perjalanan yang amat panjang di padang
gurun, Allah telah mengajar bangsa Israel agar memahami bahwa
mereka tidak bisa bergantung pada kekuatan alam dan bangsa-bangsa
lain untuk hidup, tetapi pada janji pemeliharaan Allah sendiri.
Kesesakan dan disiplin yang dialami bangsa Israel menjadi berkat
besar bagi mereka.


Bangsa Israel akan mendapatkan kemakmuran, dan hati mereka seharusnya
"memberkati" Allah, bersyukur kepada-Nya karena tanah yang begitu
berlimpah dan juga karena mereka boleh mendapatkannya. Namun,
sekali lagi Musa memperingatkan bangsa Israel agar tidak lupa diri
ketika mereka sudah masuk ke tanah itu, sudah mapan dengan ternak
yang berkembang biak, sistem hidup sudah terbentuk rapi, dan
kebahagiaan senantiasa tergapai. Israel harus terus mengingat
suasana padang gurun ketika mereka tidak dapat hidup tanpa Tuhan.
Jika mereka melupakan itu semua, hukuman dan ketidakberkatan
menanti mereka!


Renungkan:
Ketika kemapanan mengancam Anda terjebak dalam sistem yang berdosa,
Allah akan mendobraknya.

Scripture Union Indonesia © 2017.