Wahyu 6
Minggu Ke-23 sesudah Pentakosta


Allah mengendalikan sejarah manusia.

Wahyu pasal 6 ini banyak menimbulkan perdebatan, khususnya
tentang penunggang kuda putih (ayat 2). Ada yang beranggapan
bahwa penunggang kuda putih itu adalah Kristus yang sedang
menyatakan kemenangan Injil di dunia (ayat 10). Penjelasan ini
memang menarik, karena topik ini juga muncul di pasal 19, tetapi
tidak begitu saja dapat diterima. Ada dua penjelasan yang dapat
menggugurkan pendapat tersebut. Pertama, yang membuka meterai
adalah Kristus, dan Yohanes tidak melihat bahwa penunggang kuda
putih adalah Kristus. Artinya, sulit untuk diterima bahwa
Kristus hadir dalam dua rupa serempak, sebagai Anak Domba yang
membuka meterai-meterai dan sebagai penunggang kuda. Kedua,
berdasarkan analisa pertama, maka banyak penafsir melihat bahwa
kuda putih itu suatu hukuman. Pendapat ini disejajarkan dengan
pendapat tentang keempat kuda lainnya yang melambangkan
kekuatan-kekuatan kejahatan. Pada intinya, semua meterai yang
dibukakan Anak Domba itu memaparkan tentang dunia yang mengalami
konflik dan penderitaan dahsyat. Hal ini sejajar dengan khotbah
Yesus yang mengajarkan kepada kita bahwa sebelum kedatangan-Nya
kembali, akan datang bencana-bencana menimpa dunia (bdk. Mat.
24, Mrk. 13, Luk. 21). Jelaslah bahwa segala bencana ini adalah
berbagai bentuk penghakiman atau hukuman Allah atas dunia yang
berdosa. Namun, dalam penglihatan Yohanes selanjutnya, ternyata
ada orang-orang yang terbebas dari penghakiman dan penghukuman
Allah. Mereka adalah para saksi Kristus yang setia yaitu para
martir. Mereka adalah orang-orang yang berani menanggung
kesulitan karena kesetiaan kepada Allah, orang-orang yang
hidupnya dikorbankan kepada Allah.


Ada dua hal yang harus kita ingat. Pertama, bahwa Kristus yang
mengikhtiarkan keselamatan manusia, dapat menjadi murka dan
menghukum. Kedua, bila kini kita harus menanggung kesulitan
karena kesetiaan kita kepada Allah, ingatlah bahwa Dia setia.


Renungkan:

Hiduplah seperti para martir yang demi mempertahankan kesetiaan
kepada Allah rela menderita, bahkan sampai mati.

Scripture Union Indonesia © 2017.