Sentralitas Allah.

1Tawarikh 13
Minggu Epifania 4

Bagian ini berfungsi ganda menunjukkan sentralitas hadirat Allah
dalam kehidupan umatNya. Dalam zaman ketika Israel menuju tanah
perjanjian, tabut perjanjian selalu diusung di depan umat, baik
saat mereka berjalan maupun ketika mereka maju berperang (Kel.
25:10-22). Ketika mereka berkemah, tabut itu ditempatkan di
tengah-tengah perkemahan Israel (Bil. 11:33-36). Hal ini
melambangkan bahwa Allah perjanjian tidak saja menyertai mereka,
tetapi juga selalu membuka jalan menggenapi janji-janji baik-Nya
bagi umat-Nya. Kegagalan Israel yang membuat mereka dibuang adalah
karena mereka tidak mengedepankan hukum-hukum Allah. Kegagalan
menjadi-jadi karena para raja mereka menyalahgunakan kekuasaan
politis dan mencemarkan kehidupan ibadah. Dalam bagian ini, semua
penyebab kegagalan itu dirombak dan ditata ulang dengan mengacu
pada contoh Daud.


Untuk umat yang kembali dari pembuangan dan sedang menata kembali
kehidupan mereka, prinsip yang benar perlu ditegakkan kembali. Itu
sebabnya dalam kisah ini kita melihat beberapa unsur penting
ditekankan. Pertama, catatan tentang keputusan tentang pemindahan
tabut itu beda dari yang dicatat dalam 2Sam. 6:1-11. Dalam bagian
ini Daud tidak bertindak sendiri, tetapi berunding dengan para
pemimpin pasukan dan seluruh jemaah. Pemimpin umat pascapembuangan
harus belajar untuk tidak bertindak sendiri dan tidak memiliki
wewenang tanpa batas. Kedua, selama zaman kepemimpinan Saul, tabut
perjanjian itu sempat terlupakan. Kini sentralitas Allah dalam
kehidupan umat ditegaskan ulang dengan menempatkan tabut
perjanjian itu di pusat kehidupan mereka. Ketiga, pengakuan
kembali umat akan sentralitas Allah tidak merupakan beban,
melainkan menciptakan kesukaan yang besar. Ketika Allah di pusat
kehidupan, kehidupan pasti mengalami kesukaan yang besar. Keempat,
di dalam latar belakang inilah perlu kita melihat mengapa Uza
dihukum mati. Allah bukan Allah yang kejam atau yang tidak tahu
menghargai niat baik orang. Allah sedang mengajar umat-Nya agar
tahu menempatkan Dia dengan segala hormat dan kemuliaan karena Dia
kudus adanya (bdk. 10 dan 14).


Renungkan: Jika ingin menempatkan Tuhan sentral dalam hidup, lakukanlah
dengan sikap dan cara yang benar, dengan sepenuh hati.

Scripture Union Indonesia © 2017.