Dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung.

Mazmur 57
Minggu ke-17 sesudah Pentakosta

Mazmur ini disusun sekitar tahun 1060 s.M setelah Daud lolos dari
kota Gat dan selanjutnya mencari pertahanan diri di gua Adulam
(ayat 1Sam. 22:1-5; 2Sam. 23:13-14). Baik tema maupun gaya
penulisan syair ini mirip dengan mazmur sebelumnya. Keduanya
dimulai dengan kata-kata serupa, terbagi dalam dua bagian, masing-
masing disusul dengan refrein (ayat 6, 12), berbicara tentang
penindasan yang sama (ayat 56:2, 3; 57:4) serta mengungkapkan
kepercayaan yang dalam terhadap Allah.


Pemazmur di dalam doanya menyamakan citra dirinya seperti seekor
anak burung muda yang secara naluri mencari perlindungan di bawah
naungan sayap induknya (ayat 2). Isi doanya dipanjatkan kepada
Allah yang Maha Tinggi. Ia yakin Allah akan segera mengirim kasih
setia dan kebenaran-Nya (ayat 11) dan menolong dia dari pengejaran
musuh yang akan menginjak-injak dirinya (ayat 3-4). Bahaya yang
mengincarnya begitu dekat sampai pemazmur harus tidur di tempat
yang sangat tersembunyi, sementara para musuh yang hujatannya
setajam senjata sedang mencari dirinya di sekitar persembunyiannya
(ayat 5). Usai mengumpamakan dirinya dikejar-kejar oleh binatang
buas, kini ia mengubah gambaran tentang orang-orang yang memasang
jaring terhadap binatang yang diburu. Keyakinannya akan Allah
membuat mata rohaninya dapat melihat bahwa rancangan sindikat
kejahatan itu akan menimpa para musuh itu sendiri (ayat 7).


Setelah menuntaskan doanya, kini hati pemazmur kembali meluap dengan
sukacita surgawi (ayat 8). Dalam ucapan syukurnya ia mengajak
dirinya sendiri diiringi musik untuk bangkit mengatasi
pergumulannya (ayat 9). Ketika merenungkan mazmur ini, Calvin
berkomentar bahwa ada musim tertentu ketika kita diizinkan untuk
menikmati lembutnya fajar kemakmuran, namun ada kalanya di dalam
kehidupan kita mungkin juga tiba-tiba disusul oleh badai
kemalangan yang seringkali datang secara beruntun, dan kita harus
yakin bahwa Allah akan melindungi kita dengan kekuatan sayap-Nya.


Renungkan:
Kristen yang sejati boleh menangis di dalam kesedihan, boleh juga
ketakutan di dalam penganiayaan, namun semua itu hanyalah
warnasari untuk memperindah dan memberi pertumbuhan bagi
kepercayaan kita bila kita tetap bergayut aman di dalam
keperkasaan kepak sayap-Nya.

Scripture Union Indonesia © 2017.