Peta dua jalan.

Yehezkiel 21:18-32
Minggu ke-13 sesudah Pentakosta

Ibarat sebuah medan pertempuran yang tak terhindarkan, Yehezkiel
harus menggambar dua jalan yang berpangkal dari satu titik, yakni
Babel. Kedua jalan ini semakin menjauh, yang satu menuju Yerusalem
dan satunya lagi menuju Raba, ibukota Amon (ayat 19-20). Raja
Babel yakni Nebukadnezar berada di persimpangan jalan. Ia mengocok
panah, meminta petunjuk dari terafim, dan menilik hati binatang
untuk meramal situasi. Walaupun panah tenungan itu jatuh menunjuk
ke Yerusalem namun itu adalah tenungan yang menipu (ayat 21-23).
Tanpa spekulasi manusia, Allah sudah menyediakan penghakiman yang
terakhir bagi raja Israel, orang fasik yang durhaka (ayat 24-25).
Sama sekali tidak ada gunanya mengenakan serban dan mahkota,
karena hari kemalangannya sudah tiba. Yang rendah harus
ditinggikan, yang tinggi harus direndahkan (Yer. 13:18). Keturunan
raja dan negeri Israel harus dijadikan puing sampai kedatangan
Sang Mesias (ayat 26-27). Gaung perjanjian ini sudah digemakan
sejak Kej. 49:10, "Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari
Yehuda atau pun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai
dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-
bangsa".


Bani Amon juga mendapatkan bagian babatan pedang kilat Allah.
Paranormal yang bertenung dusta akan mendapatkan sasaran pedang di
leher mereka yang fasik dan durhaka (ayat 28-29). Allah akan
mencurahkan api murka-Nya kepada manusia yang menyerahkan diri ke
dalam tangan orang-orang yang dungu, yang menimbulkan kemusnahan
(ayat 31). Mereka akan menjadi makanan api, dan darahnya akan
tertumpah ke atas tanah (ayat 32). Suatu keadaan tanpa prospek
pembaharuan, tidak ada generasi penerus, dan tanpa kenangan.
Semuanya terlupakan.


Gambaran peta Allah atas keputusan-Nya ini menjadi peringatan bagi
kita semua. Bila murka Allah sudah menyala, tiada satu kuasa pun
yang dapat menyurutkan-Nya. Tiada satu benteng atau pun menara
kekuatan manusia yang dapat menangkis kegeraman-Nya. Allah selalu
menepati apa yang dikatakan-Nya. Penghakiman Allah atas manusia
selalu mempunyai alasan yang tepat.


Renungkan:
Tiada jalan lain untuk mencegah murka Allah menimpa kita, kecuali
bertobat dan berbalik kepada-Nya. Tinggalkan dosa dan hidup dengan
benar.

Scripture Union Indonesia © 2017.