Kedahsyatan pedang petir.

Yehezkiel 21:1-17
Minggu ke-13 sesudah Pentakosta

Yehezkiel kali ini harus menujukan wajahnya ke arah Yerusalem dan
mengucapkan banyak teguran kepada Israel yang telah menajiskan
Bait Kudus Allah (ayat 1-2). Ia harus menyampaikan bahwa Tuhan
telah menjadi lawan Israel dan hendak mencabut pedang-Nya untuk
melenyapkan semua manusia dari Selatan sampai Utara (ayat 3-4).
Kengerian malapetaka ini adalah bila senjata itu sudah membabat
manusia, pedang petir ini tidak akan kembali ke sarungnya. Dan
Yehezkiel disuruh menjadi model hidup. Ia harus mendramatisir
kedahsyatan bencana ini dengan mengerang seperti seorang yang
patah tulang pinggang, yang berada dalam kesengsaraan yang pahit
(ayat 5-6). Ketika warga mengerti isi pesan ini, maka hati mereka
akan menjadi tawar, semua tangan akan menjadi lemah lesu, segala
semangat menghilang, dan semua orang akan terkencing-kencing
ketakutan (ayat 7).


Sebelum mengklaim bahwa tindakan Allah yang telah dipaparkan ini
sebagai bentuk kekejaman yang tidak berbelaskasihan, maka kita
perlu memahami mengapa keputusan ini diambil oleh Allah. Allah
tidak pernah menjatuhkan hukuman tanpa andil kesalahan manusia.
Allah tidak dapat berpangku tangan melihat kenajisan dosa.
Walaupun manusia dapat dengan sangat rapi membungkus dosa, tetapi
dosa tetap kejijikan di hadapan Allah. Bila telah berulangkali
manusia diperingatkan melalui berbagai cara namun tetap tidak mau
menyesali dosanya, maka Allah tidak punya pilihan lain di dalam
menyatakan disiplin-Nya. Ia mengizinkan suatu penghukuman dahsyat
menimpa manusia. Kita sama sekali tidak mempunyai alasan untuk
mengklaim Allah itu kejam, karena Allah menindak manusia selaras
dengan perbuatannya, di dalam kasih dan kedaulatan-Nya. Kasih dan
kedaulatan-Nya yang nyata melalui disiplin keras akan mengajar
Kristen tidak hidup sekehendak hati, tetapi mengarahkan hidup pada
kehendak-Nya.


Renungkan:
Menyikapi disiplin Allah di dalam hidup kita, tidaklah mudah. Kita
seringkali lebih memfokuskan pandangan pada bentuk penderitaan
yang kita alami. Jarang sekali kita melihat tujuan dan maksud
kasih-Nya di balik pekerjaan pedang petir-Nya. Wahai Kristen yang
telah menerima ganjaran Allah, sudah saatnya kita bangun dari
keterpurukan. Kinilah saatnya kita menghayati hidup yang telah
dibersihkan-Nya dengan lebih baik lagi.

Scripture Union Indonesia © 2017.