Belaskasihan dan keadilan Allah.

Yeremia 34:1-7
Minggu Paskah 3

Tidak ada lagi pengharapan bagi Yerusalem untuk
bertahan melawan gempuran Babel (6-7). Hal ini bukan
disebabkan karena kecanggihan strategi militer
Nebukadnezar yang melibatkan tidak hanya segala
tentaranya namun juga segala kerajaan dan bangsa di
bawah pemerintahannya untuk mengeroyok Yerusalem (1),
namun karena Allah telah memberikan kuasa kepada Babel
menjadi penguasa atas bangsa-bangsa lain dalam beberapa
waktu termasuk Yehuda (27:6-7). Apakah ini berarti
bahwa Allah bertindak semena-mena atas Yehuda dan
menjadikannya seorang pecundang? Bukankah pemenang
membutuhkan pelengkap penderita untuk dikalahkan? Allah
memang berkuasa mutlak atas seluruh kerajaan di dunia
namun Ia tidak pernah bertindak semena-mena. Setiap
tindakan-Nya selalu berdasarkan keadilan dan
belaskasihan. Pembumihangusan Yerusalem oleh Babel
merupakan hukuman yang tepat bagi dosa mereka, sebab
istilah ‘hangus dengan api’ juga menggambarkan
kejijikan tindakan yang pernah dilakukan oleh Yoyakim
kepada firman Allah (36:32) dan tindakan Yehuda yang
menyakitkan hati Allah (7:31; 19:5). Itulah keadilan-
Nya.


Belaskasihan Allah nyata ketika Ia memberikan kesempatan kepada
Zedekia untuk mendengarkan firman-Nya tentang
penghukuman itu sehingga ia dapat mempersiapkan diri
menghadapi semua itu. Ia juga mendapat janji penguburan
bagi dirinya secara layak. Yosephus, ahli sejarah
Yahudi yang hidup di abad pertama menuliskan bahwa
Nebukadnezar menguburkan Zedekia dengan upacara
kebesaran seorang raja (bdk. 39:5-7). Belaskasihan
Allah memungkinkan Zedekia menjalani penghukuman dalam
pemeliharaan dan kontrol Allah. Nebukadnezar tidak akan
bertindak di luar batas yang Allah tetapkan.


Renungkan:
Pengalaman Zedekia merupakan peringatan sekaligus
penghiburan bagi Kristen. Seperti Daud, perzinahannya
memberikan dampak negatif bagi kehidupan keluarga dan
kemampuannya menjalankan pemerintahan. Kristen pun
tidak dilepaskan dari konsekuensi atas dosa yang
diperbuatnya. Namun belaskasihan Allah senantiasa
memelihara serta menopang Kristen untuk menjalani
konsekuensi itu. Sementara itu kedaulatan-Nya
mengontrol konsekuensi dosa itu sehingga tidak menjadi
berlarut-larut yang akhirnya menghancurkan Kristen,
sebab kesempatan untuk bertobat senantiasa tersedia.

Scripture Union Indonesia © 2017.