Kristen di Indonesia memiliki dua kewarganegaraan:
Indonesia dan Sorga, dua kewajiban: terhadap pemerintah
RI dan Tuhan, tetapi keduanya ini harus diwujudnyatakan
dalam kebulatan dan keutuhan hati, karena keduanya
memang satu keutuhan pengabdian.
Inilah yang dipertegas oleh Yesus ketika menanggapi
pertanyaan yang menjerat dari orang-orang Farisi yang
mendapatkan dukungan dari orang-orang Herodian, yakni
anggota-anggota suatu partai Yahudi yang menghendaki
keturunan Herodes Agung yang memerintah atas mereka dan
bukan gubernur Romawi. Mereka memperkirakan Yesus akan
menjawab dengan 'ya' atau 'tidak' terhadap pertanyaan
mereka (17). Yesus tahu maksud pertanyaan ini dan apa
risikonya bila menjawab dengan salah satu di antara
jawaban di atas. Jawaban 'ya' akan menimbulkan
kemarahan mereka karena mengalami penderitaan di bawah
jajahan Romawi, sedangkan jawaban 'tidak' akan
memancing kemarahan pemerintah Romawi. Yesus menegur
keras kejahatan dan kemunafikan hati mereka, serta
dengan bijaksana menjawab pertanyaan mereka (18-21).
Jawaban Yesus telah menggagalkan niat hati mereka yang
jahat dan menelanjangi kemunafikan mereka (22).
Pelajaran yang kita dapatkan dari perikop ini adalah
pengajaran Yesus tentang keberadaan Kristen yang
seharusnya dapat menempatkan diri sebagai warganegara
Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan
benar. Benarkah sebagai warganegara Indonesia kita
melakukan kewajiban sebagai bentuk pengabdian kita
kepada bangsa dan negara, sehingga peran sekecil apa
pun yang mampu kita lakukan telah menjadi pemikiran,
sikap, sumbangsih, dan peran konkrit kita di tengah
masyarakat? Apakah kita melakukan semuanya ini juga
dalam rangka pengabdian kita kepada Allah, yang semata-
mata tidak terkurung hanya dalam wadah keagamaan?
Renungkan:
Peran ganda Kristen dalam dunia memberikan ruang
lingkup yang luas untuk menyatakan perannya, baik
sebagai warganegara yang memberikan sumbangsih nyata
bagi bangsa dan negara maupun sebagai warga jemaat yang
memiliki citra Kristen. Firman-Nya akan menuntun kita
sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi
yang tepat dan benar.
Pelajaran yang kita dapatkan dari perikop ini adalah pengajaran Yesus tentang keberadaan Kristen yang seharusnya dapat menempatkan diri sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan benar. Benarkah sebagai warganegara Indonesia kita melakukan kewajiban sebagai bentuk pengabdian kita kepada bangsa dan negara, sehingga peran sekecil apa pun yang mampu kita lakukan telah menjadi pemikiran, sikap, sumbangsih, dan peran konkrit kita di tengah masyarakat? Apakah kita melakukan semuanya ini juga dalam rangka pengabdian kita kepada Allah, yang semata- mata tidak terkurung hanya dalam wadah keagamaan?
Renungkan: Peran ganda Kristen dalam dunia memberikan ruang lingkup yang luas untuk menyatakan perannya, baik sebagai warganegara yang memberikan sumbangsih nyata bagi bangsa dan negara maupun sebagai warga jemaat yang memiliki citra Kristen. Firman-Nya akan menuntun kita sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan benar.
", "http://www.su-indonesia.org/images/santapanHarian/1304-t.jpg", 520, 350)'>