Yesus melucuti kebobrokan sang penjebak.

Matius 12:22-37
Minggu Epifania 4

Mukjizat
penyembuhan orang buta dan bisu yang kerasukan
setan mengundang dua macam respons dari dua
golongan yang berbeda. Pertama, respons takjub
dari orang banyak yang menyaksikan bagaimana Yesus
menyembuhkan orang tersebut, sehingga muncul
pernyataan bahwa sepertinya Yesus adalah Anak
Daud. Pernyataan ini mengandung makna bahwa Yesus
sepertinya adalah Mesias yang dinantikan.
Sebaliknya respons kedua datang dari orang Farisi.
Mereka mengatakan bahwa Yesus mengusir setan
dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan. Orang
Farisi yang seharusnya lebih tahu bahwa setan
hanya dapat diusir dalam nama Tuhan, justru tidak
melihatnya seperti orang banyak.


Yesus tahu apa yang dipikirkan orang Farisi dan
segera memberikan jawaban melalui beberapa
ilustrasi yang logis untuk menyatakan siapa Diri-
Nya dan siapa orang Farisi. (ayat 1) Ia memakai
ilustrasi tentang kerajaan, kota, dan rumah tangga
yang terpecah-pecah pasti akan hancur (ayat 25-
27). Demikian pula bila mereka mengatakan bahwa Ia
mengusir setan dengan kuasa setan pula, berarti
kerajaan setan terpecah-pecah dan akan hancur.
Kemudian Yesus menanyakan apakah mereka juga ingin
mengatakan bahwa pengikut mereka juga mengusir
setan dengan kuasa setan? Pasti mereka akan
menjawabnya tidak. Dengan demikian hanya tinggal
satu kemungkinan, yakni kuasa Roh Allah, karena
hanya ada dua kerajaan yakni kerajaan setan dan
Kerajaan Allah. (ayat 2) Ilustrasi kedua artinya
Yesus lebih berkuasa dari setan, karena Ia sanggup
mengalahkannya, sekuat apa pun kuasa setan (ayat
29). Dan (ayat 3), ilustrasi pohon dan buahnya
menggambarkan bagaimana perkataan dan perbuatan
orang Farisi telah menyatakan siapa diri mereka
sesungguhnya, yang mulut dan hatinya jahat. Pada
awalnya orang Farisi berada di atas angin untuk
menjatuhkan nama Yesus, namun tidak berhasil,
justru sebaliknya kebobrokan mereka dilucuti oleh
Yesus.


Menyaksikan keajaiban dan keagungan perbuatan Yesus
dapat menghantar seseorang kepada dua respons:
pertama, menolak dan salah tafsir; kedua, semakin
mengenal Yesus dan mengalami persekutuan yang
indah dengan Dia.


Renungkan: Ketika seseorang mencobai-Nya, justru
kebobrokan dirinya sendiri yang akan ditelanjangi.

Scripture Union Indonesia © 2017.