Status rohani bukan jaminan keselamatan.

Yeremia 22:20-30
Minggu ke-16 sesudah Pentakosta

Sepanjang sejarah manusia, yang paling mudah membuat umat Allah
berpaling dari-Nya adalah kelimpahan materi, kekuatan, kekuasaan
dan status sosial. Bila seorang manusia mempunyai salah satu dari
ketiga hal di atas, maka sangat sulit baginya untuk mendengar
peringatan atau suara Allah melalui firman-Nya. Sebagai contoh
seorang kristen yang mempunyai penghasilan Rp 15 juta rupiah tiap
bulan tidak akan dapat menjawab dengan mudah bila ditanya apakah
ia bergantung kepada pemeliharaan Allah atau bergantung kepada
gajinya yang besar itu. Demikian pula seorang pejabat tinggi,
apakah setiap harinya ia memasrahkan hidupnya kepada Allah atau
kepada jabatannya yang tinggi?


Apa yang dialami Yehuda merupakan peringatan keras.
Yehuda mengandalkan kekuatan militer yang dimiliki oleh Mesir dan
negara sekutunya dalam menghadapi serangan Babel, demikian pula
kekayaan alam yang berlimpah di tanah perjanjian, sehingga mereka
menolak untuk mendengarkan suara-Nya (21). Mereka telah dibutakan
bahwa Allah yang mengendalikan kehidupan dan sejarah umat manusia
(20, 22). Apa yang akan ditemui oleh orang yang mengandalkan
kekuatan lain selain Allah? Terhina dan ternoda tiada tara;
mengerang kesakitan yang tak tertahankan (22, 23) tanpa ada yang
menolongnya.


Ada peringatan yang lebih keras yang berhubungan dengan status rohani
seseorang. Status rohani seseorang bukan merupakan perlindungan
atau perisai untuk menangkal hukuman yang harus ia terima akibat
dosa. Sebagai contoh raja Konya atau Yoyakhin, ia adalah cincin
meterai pada tangan kanan Allah yang berarti ia berharga di mata
Allah dan sangat dekat dengan-Nya. Namun ketika ia terus
memberontak kepada Allah, maka Allah tak segan-segan menjatuhkan
hukuman yang mengerikan atasnya (28-30). Status rohaninya tidak
dapat menyelamatkannya.


Renungkan:
Banyak Kristen terlena dengan pengajaran bahwa keselamatan adalah
anugerah dan kekal sifatnya. Pemahaman yang terbentuk dalam
pikiran mereka adalah status kerohanian mereka sudah aman untuk
selamanya. Sehingga tidak ada motivasi dalam diri mereka untuk
menuntut kehidupan yang kudus. Namun harus selalu diingat bahwa
status dibenarkan dan sudah diselamatkan bukan surat izin dan
jaminan untuk tetap hidup dalam dosa.

Scripture Union Indonesia © 2017.