Hidup adalah memilih.

Amsal 15:18-33
Minggu ke-7 sesudah Pentakosta

Sejak Anda terjaga dari tidur, Anda sudah diperhadapkan pada
pilihan: langsung bangun atau tidur lagi. Setelah memutuskan
untuk bangun, pilihan lain sudah ada di depan mata: mau mandi
dulu atau membereskan tempat tidur? Pilihan demi pilihan terus
diperhadapkan kepada Anda hingga Anda tidur lagi. Dengan kata
lain manusia adalah makhluk yang selalu terikat. Ia hanya
terbebas dari pilihan-pilihan ketika ia tidur atau mati. Namun
yang paling penting untuk diperhatikan adalah sesederhana apa pun
pilihan yang diperhadapkan kepada Anda, di balik itu pasti
mengandung konsekuensi. Karena itu manusia harus bijak dalam
membuat keputusan demi keputusan.


Amsal hari ini memperlihatkan kepada kita 2 pilihan yang harus
dipilih salah satu. Pilihan-pilihan itu berkenaan dengan
kehidupan sehari-hari seperti: pemarah atau sabar, bijak atau
bebal, bodoh atau pandai, fasik atau benar, mengabaikan didikan
atau mendengarkan teguran, dlsb. Amsal juga mengingatkan bahwa
walau mempunyai kesempatan untuk memilih, tidak berarti manusia
bisa seenaknya memilih. Sebab setelah melakukan pemilihan,
manusia akan terikat pada pilihannya. Ada konsekuensi yang akan
senantiasa mengikatnya hingga pilihan itu dilepaskan. Dan
konsekuensi ini, baik positif ataupun negatif, akan memberikan
pengaruh yang bersifat multi-arah dan menentukan kondisi dan
situasi selanjutnya.


Pilihan yang dibuat antara malas atau jujur, tanpa pertimbangan atau
dengan pertimbangan, mendengarkan atau mengabaikan teguran akan
membawa dampak bagi jalan kehidupannya, kesuksesannya ataupun
pengembangan pribadinya (19, 22, 31). Keharmonisan hubungan di
dalam keluarga (20, 27) juga ditentukan dengan pilihan yang kita
ambil (27). Kerusuhan yang terjadi di dalam masyarakat juga
disebabkan karena manusia salah memilih dalam bersikap antara
menunggu atau bertindak (18), dalam cara berkomunikasi baik non-
verbal ataupun verbal (30). Dan yang paling utama dari semua itu,
hubungan kita dengan Tuhan dapat menjadi renggang, jauh, atau
bahkan Tuhan menjatuhkan hukuman-Nya, jika kita telah menentukan
pilihan-pilihan (25, 26, 29, 33).


Renungkan:
Pilihan-pilihan yang kita buat setiap hari adalah jalan setapak
yang sedang kita bangun. Walaupun langkah ke depan masih gelap,
namun kita sudah dapat memastikan di tempat yang bagaimana jalan
setapak kita akan berakhir.

Scripture Union Indonesia © 2017.