Negara dan warga negara kristennya.

Kisah 23: 23-25
Minggu ke-3 sesudah Pentakosta

Bagaimanakah hubungan yang ideal antara negara dengan Kristen?
Apa yang telah dilakukan dan yang dikatakan oleh Kladius Lisias
merupakan model sebuah hubungan yang seharusnya terjadi antara
Kristen dan negara di mana pun Kristen berada, termasuk di
Indonesia.


Kepala pasukan itu mempersiapkan pengawalan yang ketat dan kuat serta
fasilitas yang memadai bagi Paulus agar ia dapat tiba dengan
selamat di hadapan Feliks, sang wali negri di Kaisarea (33).
Tindakannya ini menandakan bahwa pemerintah Romawi melihat
ancaman yang ditujukan kepada Paulus sangat serius, dan Paulus
adalah seorang warga negara yang berhak mendapatkan perlindungan
dari pemerintahnya. Ia bersusah-payah mengirim Paulus ke wali
negri atau pemerintah propinsi, karena ia menghormati hukum yang
berlaku bahwa ia tidak berwenang mengadili Paulus. Selain itu,
apa yang ia tuliskan kepada Feliks tentang prosedur yang telah
ia lakukan dan kesaksian tentang Paulus memperlihatkan bahwa ia
benar-benar seorang pejabat yang menjunjung tinggi supremasi
hukum. Tidak sedikit pun ia berusaha memutarbalikkan fakta yang
ada. Dengan tegas ia menyatakan bahwa tuduhan yang dijatuhkan
oleh orang-orang Yahudi terhadap Paulus adalah teologis,
bersumber dari perdebatan agama. Ia telah memberikan penilaian
yang positif terhadap Paulus bahwa ia tidak bersalah di mata
hukum Romawi.


Ada tiga hal yang harus sungguh-sungguh dipahami dan diamalkan oleh
Kristen di Indonesia. Pertama, peran yang tepat bagi negara
adalah melindungi setiap hak warga negaranya untuk mendapatkan
perlindung-an dan perlakuan yang sama. Karena itu Kristen harus
senantiasa mendorong dan memberikan masukan terus-menerus kepada
pemerintah agar dapat melakukan perannya dengan benar dan sesuai
hukum. Kedua, negara tidak mempunyai kompeten untuk mengadili
perkara-perkara yang berhubungan dengan teologis atau pun agama.
Jika ini terjadi, maka negara sudah melewati batas-batas yang
telah ditegaskan oleh Yesus (Luk. 20:25). Ketiga, Kristen harus
mengikuti teladan Yesus dalam mempertahankan
ketidakbersalahannya di hadapan hukum yang berlaku.


Renungkan:
Karena itu kalaupun gereja harus dibakar biarlah itu karena Injil
dan bukan karena tidak sesuai dengan prosedur-prosedur pembebasan
tanah dan pembangunan atau hukum yang berlaku.


**Pengantar 2Raja-raja 17-25**


Pasal 17:


Kerajaan Israel menemui kehancurannya karena mereka menyimpang
dari perintah Tuhan Allah mereka dan membuat berhala. Raja Salmaneser
dari Asyur menghancurkan negara itu. Tidak hanya itu, raja Asyur
mengadakan asimilasi dengan menempatkan orang-orang asing di tanah
Israel, supaya keberadaan bangsa Israel benar-benar musnah.


Pasal 18-20:


Pemaparan tentang riwayat Hizkia disusun berdasarkan tema bukan
kronologi waktu. Penyembuhan illahi yang ia alami (2Raj. 20) terjadi
sebelum penyerangan raja Asyur (2Raj. 18-19). Tahun-tahun pertama
pemerintahannya, tahun 715-705 sM., digunakan untuk pembaharuan
rohani. Kemudian ia menyerang dan mengalahkan Asyur dan Filistin dan
memperkuat benteng pertahanan Yehuda. Pada tahun 701 sM., raja Asyur
yang baru, Sanherib, bergerak ke barat untuk berperang melawan
koalisi bangsa-bangsa yang dipimpin oleh Yehuda dan didukung oleh
Mesir. Kisah mundurnya Sanherib dari Yerusalem yang begitu dramatis
dipaparkan di dalam 2Raj. 19-20, 2Taw. 32, dan Yes. 36-39. Ia tidak
pernah kembali ke Yehuda. Dua puluh tahun kemudian dibunuh oleh kedua
anak laki-lakinya.


Pasal 21-25:


Pemerintahan Manasye selama 55 tahun di Yehuda membawa bangsa
Yehuda ke dalam kerusakan dan kehancuran moral, spiritual, dan akhlak
(21:1-25). Cucunya, Yosia, mengadakan pembaharuan yang luar biasa
namun sangat singkat (22:1-23:30). Raja-raja yang jahat kemudian
menggantikannya (31-24:20) hingga Yerusalem jatuh ketangan
Nebukadnezar dari Babel dan bangsa Yehuda mengalami pembuangan
(25:1-30). Pemerintahan Yosia yang berani dan berhasil bertepatan
dengan mulai jatuhnya kerajaan Asyur. Pada tahun 620 sM. Babel
menggantikan posisi Asyur sebagai negara adidaya. Yosia gugur dalam
peperangan tahun 609 ketika berusaha menghalangi Mesir untuk
berkoalisi dengan Asyur. Raja-raja Yehuda seringkali berusaha
memberontak melawan Babel. Akibatnya, Yehuda harus menderita karena
serangan-serangan yang dilancarkan oleh Babel. Serangan puncak
terjadi pada tahun 587, dimana Nebukadnezar mengepung Yerusalem. Pada
tahun 586 kota itu jatuh dan penduduknya dibuang ke Babel. Beberapa
penduduk yang tertinggal di Yerusalem membunuh gubernur Yerusalem
yang diangkat oleh Babel.

Scripture Union Indonesia © 2017.