Carilah Hikmat dari Allah

Pengkhotbah 7:23-8:1
Minggu ke-4 sesudah Pentakosta


Apakah Anda pernah mengenal seorang yang diakui bijaksana karena kemampuannya dalam memberi solusi atas banyak masalah? Lalu, pernahkah Anda kecewa karena ternyata pada suatu saat ia tidak bisa memberikan solusi pada masalah yang sedang Anda hadapi? Atau, Anda harus menepuk dahi karena ternyata ia tidak melakukan perkataannya sendiri? Jika ya, Anda tidak sendirian, karena Pengkhotbah juga menemukan hal yang sama.

Dalam bacaan hari ini, Pengkhotbah menceritakan pengalamannya mencari hikmat. Ia mencari seorang yang mampu menjelaskan setiap masalah. Seorang yang dapat diandalkan kapan saja. Ia mencarinya dengan sungguh-sungguh. Namun, tidak ditemukannya. Ia malah menemukan sesuatu yang lain, yang lebih kuat dari maut dan membelenggu manusia, bahkan menariknya pada kehancuran (26).

Sekalipun demikian, pencarian tersebut membuatnya memahami bahwa hikmat adalah sesuatu yang sangat jauh dan dalam. Ia memahami ternyata tidak mudah menemukan seorang yang memiliki jawaban atas semua pertanyaan. Sedikit sekali orang yang mau mencari hikmat. Faktanya, ia menemukan bahwa sekalipun Allah menciptakan manusia untuk jujur, namun kita lebih suka tidak jujur (29). Artinya, manusia berlagak sok tahu dan meremehkan hikmat. Jika demikian, siapakah yang berhikmat, yang mengetahui keadaan, dan yang konsisten sepanjang masa? Jawabannya adalah Allah, Sang Sumber Hikmat.

Oleh karena itu, carilah hikmat Allah. Ya, hanya kepada-Nya kita tidak akan kecewa. Jika kita meminta hikmat kepada-Nya, Ia pasti akan memberikan. Yakobus pernah menulis: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, ... maka hal itu akan diberikan kepadanya" (Yak. 1:5).

Teruslah berdoa meminta pengenalan akan Tuhan agar makin memahami hikmat-Nya. Hikmat dari-Nya menyembuhkan kekecewaan yang kita alami dalam hidup. Sebab itu, kita mesti bijaksana untuk terus meminta hikmat kepada Tuhan. [JPH]
Scripture Union Indonesia © 2017.