Manusia terbaik pun ada cacatnya.

Bilangan 20:1-13
Minggu ke-24 sesudah Pentakosta

Tidak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini. Manusia yang
"terbaik" di antara Kristen pun mempunyai cacat atau mengalami
kegagalan. Pada saat-saat tertentu, di tengah-tengah krisis
kehidupan yang melelahkan, seringkali membuat kita tidak percaya
dan tidak menghormati Allah. Musa, seorang pemimpin Israel juga
mengalami kegagalan ini. Ketaatan dan imannya selama ini tidak
menjamin bahwa ia akan selalu demikian. Kesadaran akan hal ini
menolong kita untuk menjaga kualitas iman kita.


Cara Allah berbeda dengan cara manusia.
Cara Allah menilai dosa manusia berbeda dengan cara manusia.
Menurut cara manusia, dosa yang dilakukan Musa bukanlah dosa
"besar". Namun, di hadapan Allah dosa yang dilakukan Musa
menandakan ketiadaan imannya. Dari cara bicara serta tindakan
memukulkan tongkatnya, Musa meremehkan kuasa Allah. Tidak ada
orang yang terlalu besar bagi Tuhan hingga diluputkan dari
disiplin-Nya. Juga tidak ada orang lebih penting sehingga tidak
perlu lagi mempedulikan perintah Tuhan dalam hidupnya. Karena
tindakannya itu, maka Musa tidak diizinkan Tuhan masuk ke tanah
Kanaan.


Renungkan:
Kristen harus berhati-hati; sebab sejarah membuktikan bahwa
pemberontakan terjadi ketika orang tidak lagi percaya dan
menghormati Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.