Salam

1 Korintus 16:19-24
Minggu ke-2 sesudah Paskah
Ada orang yang beranggapan bahwa memberikan salam tidaklah penting. Menurut mereka, ucapan salam adalah basa-basi belaka. Tidaklah mengherankan apabila ada saja orang yang enggan memberikan salam kepada orang lain. Apalagi, jika ia merasa kedudukannya lebih tinggi dibandingkan orang lain.

Bila kita perhatikan, seluruh surat Rasul Paulus selalu dibuka dan ditutup dengan salam. Ini bukan sekadar kebiasaan atau norma pergaulan semata. Paulus memiliki maksud tersendiri dalam setiap salamnya. Ia selalu menyelipkan doa dan nasihat bagi mereka yang disapanya lewat salam.

Bagi Rasul Paulus, salam bukan sekadar penutup setiap surat kirimannya. Dalam salam itu, Rasul Paulus ingin menunjukkan kedekatan yang hangat. Hal itu ia ekspresikan lewat ucapan dan cium kudus. Ini memang tradisi di Asia Barat Daya Kuno. Tradisi ini (cium kudus) dilakukan oleh mereka yang memang memiliki hubungan akrab. Kedekatan relasi ini jugalah sumber otoritas bagi Paulus untuk mengingatkan agar mereka sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Dari sini, Rasul Paulus menunjukkan bahwa salam, dalam pemahamannya, adalah doa.

Salam adalah sesuatu yang sangat penting. Lewat ucapan salam, sesungguhnya kita dapat menunjukkan kepedulian. Salam, bisa juga dikatakan, adalah tindakan kasih yang paling sederhana. Kita tidak membutuhkan terlalu banyak tenaga untuk memberi salam. Akan tetapi, lewat tindakan kecil ini, kita sebenarnya sedang menyebarkan kehangatan cinta kasih.

Oleh karena itulah, sebaiknya kita senantiasa menjadi orang yang selalu mengucapkan salam. Lewat nas ini, kita belajar bahwa salam bukan etika pergaulan semata. Lebih dari itu, salam juga bagian dari doa dan saluran cinta kasih. Lewat salam dalam tiap perjumpaan, kita menyematkan harapan kebaikan bagi mereka. Jalinan tali silaturahmi pun kian erat merekat. Salam merupakan kecupan kecil sebagai pewarna suasana dengan kehangatan cinta kepada sesama.

Doa: Tuhan, ajar kami untuk menyediakan waktu berdoa bagi kebaikan orang lain. [JCP]
Jan Calvin Pindo
Scripture Union Indonesia © 2017.