Dalam Persekutuan dengan Allah

1 Korintus 15:35-58
Minggu ke-1 sesudah Paskah
Pohon bambu itu unik. Ia gemulai sekaligus kuat. Bila angin kuat menghantam, pohon bambu tidak akan patah dan tumbang. Ia hanya akan merunduk sedikit, tetapi sesaat kemudian tegak kembali. Apa rahasia yang membuatnya tak mudah patah? Rahasianya terletak pada tempat tumbuhnya. Pohon itu berakar dan menancap kuat sehingga sulit untuk ditumbangkan.

Angin rupa-rupa pengajaran sedang kuat menerpa Jemaat di Korintus. Rasul Paulus menasihati mereka agar tetap teguh dan selalu giat melayani. Mereka harus tetap terikat di dalam persekutuan bersama Tuhan. Situasi ini menuntut mereka untuk menerapkan filosofi bambu. Ia yang tak dapat tumbang, walau badai menerjang.

Berada dalam rengkuhan kasih Tuhan berarti kita tak terpisahkan dari-Nya. Namun, tinggal di dalam Tuhan tidak berarti topan kehidupan sirna. Rasul Paulus mengingatkan warga warga jemaat Korintus agar tetap menjaga persekutuan dengan Tuhan karena itu akan memberi kekuatan sehingga jerih payah mereka pun tak akan sia-sia (58).
Rupa-rupa angin pengajaran pun tetap ada hingga kini. Kehadirannya malah semakin bertambah banyak dan kian sulit dikenali. Kita dibuatnya sukar membedakan mana ajaran yang asli dan palsu. Dampaknya pun mengkhawatirkan karena rupa angin pengajaran itu bisa menjerat pikiran mereka yang kurang jeli dan hati-hati. Alhasil, keyakinan seseorang akan kasih dan pemeliharaan Tuhan mungkin saja menjadi runtuh dan hancur.

Untuk menghadapi ini, nasihat Rasul Paulus menjadi pegangan kita. Kita harus berdiam dalam persekutuan dengan Tuhan. Dekat dengan-Nya akan semakin menajamkan kepekaan kita untuk mengenali suara-Nya. Bergaul karib dengan-Nya akan membuat kita lebih mudah mengenali isi pikiran-Nya. Dengan begitu, ragam angin pengajaran tidak akan mudah mengombang-ambingkan kita. Akal kita, yang sudah diisi firman-Nya, akan lebih lincah dalam menangkis serangan ajaran sesat.

Doa: Tuhan, teguhkan iman kami supaya kami tetap setia pada jalan-Mu. [JCP]
Jan Calvin Pindo
Scripture Union Indonesia © 2017.