Apakah Aku Mendengar Suara-Nya?

Keluaran 5:1-24
Minggu ke-19 sesudah Pentakosta
Seorang pendeta naik ke mimbar untuk berkhotbah. Dia berharap agar jemaat mendengar firman, sehingga bisa merasakan kasih Tuhan. Namun, tak semua pendengar memiliki respons yang sama sesuai harapan Sang Pendeta. Bagaimana dengan kita? Bagaimana sikap kita saat mendengar suara Allah?
Saat itu Musa datang menghadap Firaun. Musa menyampaikan pesan Allah kepada Firaun untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir (1). Firaun menolak memenuhi permintaan itu. Bahkan, dia melecehkan Tuhan yang berbicara, ”Siapakah Tuhan itu yang harus kudengarkan firman-Nya? Tidak kenal aku Tuhan itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi” (2). Bukan hanya itu, Firaun semakin membuat sengsara umat Israel. Dia menambah berat beban kerja paksa mereka (6-14).
Suasana bertambah pelik ketika orang Israel protes kepada Musa. Mereka berdoa agar Tuhan menghukum Musa. Mereka menyangka bahwa Musa telah membusukkan nama orang Israel kepada Firaun (21). Kehadiran Musa, dianggap bukan membebaskan, malahan semakin memperburuk keadaan.
Musa pun kembali menghadap kepada Tuhan. Untuk sekian kalinya Musa mempertanyakan maksud Tuhan mengutusnya (22). Musa bahkan meragukan bahwa kuasa Allah sanggup membebaskan umat Israel dari perbudakan bengis Firaun (23)
Ada beragam reaksi saat suara kebenaran Allah disampaikan. Firaun, misalnya, menolaknya dengan tegas. Umat Israel terusik hatinya, namun pergumulan berat tak mampu memalingkan hidup mereka pada kuasa Allah yang sedang bekerja.
Bagaimana dengan hati kita? Bagaimana respons kita saat mendengar suara kebenaran Allah dinyatakan dalam kehidupan kita?
Doa: Allah yang berkuasa, ajari kami untuk peka mendengar suara-Mu. Berilah kami hati untuk percaya bahwa setiap rencana-Mu adalah baik, walaupun kami sedang menghadapi pergumulan berat. [SA]
Selviana Antasia
Scripture Union Indonesia © 2017.