Mengandalkan Tuhan

Kejadian 32:22-32
Minggu ke-6 sesudah Pentakosta
Manusia mengandalkan apa dalam hidupnya? Tentu saja beraneka ragam. Ada yang bersandar pada uang, kepandaian, atau mungkin juga kepada Tuhan.
Tampaknya, uang dan kepandaian sering jadi yang utama. Dengan uang, seseorang merasa bahwa hidupnya lebih terjamin. Lewat kepandaian, seseorang mengira lebih yakin dan pasti dalam menjalani kehidupnya.
Tetapi, seberapa banyak dari kita yang mengandalkan Tuhan?
Pengalaman Yakub, malam itu di tepi Sungai Yabok (22), merombak hidupnya. Di sana, Allah mengubahnya dengan cara yang unik melalui pergulatan sepanjang malam (24). Yakub sampai terpelecok di pangkal sendinya (25) karena tidak membiarkan Allah pergi sebelum memberkatinya (26).
Saat itulah namanya berganti jadi Israel, sebab dia telah bergumul melawan Allah dan menang (28). Lewat pergulatan itu, terlihat betapa gigih Yakub berjuang untuk mendapatkan berkat Alah.
Yakub menamai arena pergulatan itu dengan Pniel. Di situ ia telah melihat Allah dan berhadapan muka, tetapi nyawanya tertolong (30).
Sejak diberkati Allah, Yakub mengalami perubahan. Ia mulai bergantung kepada Allah dan tak lagi mengandalkan pikiran dan kemampuannya.
Kita dicipta serupa dengan gambar Allah (imago Dei). Sehingga kita menjadi makhluk berakal budi. Kemampuan ini membuat kita sering mengandalkan daya pikiran sendiri. Seolah, kita mampu mengatasi semua persoalan tanpa Tuhan. Akibatnya, Tuhan dinomorduakan.
Padahal, sepintar apa pun manusia, akal tetaplah terbatas. Dampaknya, kita sering salah melangkah saat mengambil keputusan.
Peristiwa Yakub di Sungai Yabok mengingatkan bahwa kita harus bersandar pada penyertaan Allah. Kita tidak perlu bergantung pada keterbatasan akal dan pikiran. Sebab Allah lebih berkuasa dari apa pun.
Doa: Tuhan, ubahlah cara pandang kami agar lebih mengandalkan Engkau lebih daripada pengertian kami sendiri. [SP]
Sugeng Prihadi
Scripture Union Indonesia © 2017.